Circle of Friends (COF) menjadi sebuah intervensi hambatan sosial emosional pada siswa di salah satu sekolah dasar dibandung.
Sekelompok mahasiswa tim program kreativitas mahasiswa (PKM) Riset Sosial dan Humaniora (RSH) dari Universitas pendidikan Indonesia melakukan penelitian mengenai bagaimana program yang bernamaTim PKM RSH UPI yang melakukan penelitian ini berada di bawah bimbingan dosen kami yaitu ibu Rina Nurhudi Ramdhani, M.Pd. Adapun tim peneliti terdiri dari lima mahasiswa aktif dari berbagai disiplin ilmu dan angkatan, yaitu Marsha Hariani Putri (Bimbingan dan Konseling, 2022) sebagai ketua tim, bersama dengan Aghista Bilgis Wardhaniar (Bimbingan dan Konseling, 2022), Marwa Alifa (Bimbingan dan Konseling, 2022), Khairun Nisa (Pendidikan Khusus, 2021), dan Salsa Bila Arini (Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2023).
Pendidikan inklusi telah menjadi fokus utama kebijakan pendidikan global sejak Konferensi Dunia Salamanca 1994 dan Deklarasi Dakar 2000. Agenda Pendidikan Global 2030 mendukung pendidikan inklusi melalui 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDGs ke-4 yang menekankan pentingnya pendidikan inklusif dan berkualitas bagi semua (UNESCO, 2021). Di Indonesia, pendidikan inklusi telah diterapkan di lebih dari 40.000 sekolah dengan lebih dari 135.000 siswa berkebutuhan khusus (Kemendikbud, 2023).
Namun, tantangan besar masih ada, terutama dalam mengatasi hambatan sosial-emosional siswa. Hambatan sosial-emosional mencakup kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya, adaptasi sosial, dan kontrol emosi yang buruk, yang sering berujung pada isolasi sosial dan diskriminasi (Prasrihamni et al., 2022; Faizah & Sulfiana, 2023).
Penelitian menunjukkan bahwa intervensi teman sebaya dapat mengurangi perundungan hingga 57% (National Bullying Prevention Center, 2019). Program Circle of Friends (CoF), yang dimulai di Santa Monica High School pada 1999, bertujuan untuk mendukung kebutuhan sosial dan emosional siswa melalui dukungan teman sebaya. Program ini membantu siswa berkebutuhan khusus membangun persahabatan, memahami disabilitas, dan menghargai perbedaan individu (CoF, 2021)
Penelitian yang dilakukan Marsha dan teman-temannya mengenai program CoF mencakup beberapa langkah implementasi:
- Identifikasi Siswa Rentan: Guru atau fasilitator mengidentifikasi siswa yang membutuhkan dukungan teman sebaya.
- Sesi Pengenalan: Mengadakan sesi pengenalan dengan kelas atau kelompok, tanpa siswa target.
- Aktivitas Lingkaran Hubungan: Siswa menuliskan nama orang-orang dalam lingkaran konsentris.
- Pembentukan Kelompok: Memilih relawan dari teman sebaya untuk dukungan.
- Pertemuan Rutin: Mengadakan pertemuan rutin dengan siswa target untuk diskusi positif.
- Kegiatan Kelompok: Melakukan kegiatan bersama, seperti makan siang bersama, untuk membangun persahabatan.
- Pelatihan Teman Sebaya: Menggunakan strategi pengajaran dan intervensi berbasis dukungan teman sebaya.
Program CoF terbukti efektif dalam mengurangi hambatan sosial-emosional siswa di sekolah inklusi. Dukungan teman sebaya memainkan peran penting dalam membantu siswa mengelola emosi, meningkatkan interaksi sosial, dan membangun tanggung jawab dan toleransi (Hanifa & Lestari, 2021; Usup et al., 2023).
Diharapkan temuan riset ini dapat memberikan informasi terbaru dan berguna kepada pembuat kebijakan pendidikan yang lebih inklusif di Indonesia, serta meningkatkan kebijakan dan praktik pendidikan inklusi di tingkat nasional melalui rekomendasi kebijakan yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten di Indonesia.
Sumber:
- CoF. (2021). Circle of Friends Program. Retrieved from Circle of Friends.
- Faizah, L., & Sulfiana, S. (2023). Hambatan Sosial-Emosional Siswa di Sekolah Inklusi. Jurnal Pendidikan Inklusif, 5(1), 45-57.
- Hanifa, M., & Lestari, A. (2021). Dukungan Teman Sebaya dalam Pendidikan Inklusi. Jurnal Psikologi Pendidikan, 12(2), 89-102.
- Kemendikbud. (2023). Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Retrieved from Kemendikbud.
- National Bullying Prevention Center. (2019). Bullying Statistics. Retrieved from Pacer.org.
- Prasrihamni, N., et al. (2022). Hambatan Sosial-Emosional Siswa Berkebutuhan Khusus. Jurnal Psikologi, 14(3), 123-137.
- UNESCO. (2021). Agenda Pendidikan Global 2030. Retrieved from UNESCO.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H