Mohon tunggu...
Christophorus Gracia M. R
Christophorus Gracia M. R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UAJY

Saya suka mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi, 2019

18 September 2024   21:33 Diperbarui: 18 September 2024   22:17 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pidato kenegaraan Presiden Jokowi di Sidang Bersama DPD - DPR RI 2019 bersifat sangat persuasif untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dalam gaya retorikanya, Jokowi sering mengulangi kata "Indonesia Maju" di setiap kalimatnya. Hal ini menekankan visi besar yang ingin dicapai oleh negara Indonesia, dengan mengajak masyarakat Indonesia untuk mewujudkan visi bersama. Teori retorika yang saat ini masih banyak dipelajari berpusat pada pemikiran Aristoteles tentang retorika sebagai alat persuasi (Sutrisno, 2014). Terdapat 3 cara mempengaruhi manusia menurut Aristoteles, yaitu dengan ethos, pathos, dan logos (West & Turner, 2008). Dalam pidatornya, Jokowi terlihat memakai 3 aspek tersebut. Komunikasi bersifat persuasif jika memiliki tujuan untuk mempengaruhi dan mengajak sesorang untuk mengikuti pesan tanpa adanya paksaan dan ancaman.

Menurut West & Turner (2008), ethos atau kredibilitas berperan penting untuk menyakinkan khalayak bahwa pembicara memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya dan status yang terhormat. Jokowi yang telah menjabat sebagai presiden sejak tahun 2014 memiliki aspek ethos atau kredebilitas tersebut, sehingga dapat memikat penonton untuk mengikuti pesan persuasifnya. Kredebilitas tersebut juga terlihat dari cara berbicara Jokowi yang minim akan kesalahan dan sangat lancar menyampaikan pidatonya.

Pathos atau emosional digunakan pembicara untuk memancing perasaan emosional khalayak dengan tujuan menyentuh hari khalayak, bisa melalui emosi dan harapan (West & Turner, 2008). Dalam pidato, Jokowi turut menyebut berbagai pihak sebagai bagian dari kesuksesan Indonesia. Katanya "keberhasilan Indonesia adalah juga karya para pelaku usaha para buruh, para pedagang, para inovator, maupun para petani, para nelayan dan para UMKM, serta tentu saja karya seluruh anak bangsa Indonesia" . Ini membangkitkan dan memancing perasaan emosional dari pihak-pihak yang disebutkan, karena mereka merasa dianggap dan turut berparatisipasi. Jokowi juga memanfaatkan ancaman global seperti perang dagang dan revolusi 4.0 untuk memunculkan rasa urgensi dan perlunya masyarakat serta seluruh jajaran yang ada untuk bertindak cepat. 

Hal yang paling mencolok dan menarik perhatian adalah pakaian Jokowi. Jokowi terlihat mengenakan pakaian dari daerah Sasak, Nusa Tenggara Barat. Melalui pakaian, Jokowi dapat menarik emosional masyarakat Indonesia. Alih-alih memakai setelan jas rapih dan berdasi, Jokowi tampil menyuarakan keberagaman budaya. Suara dan penekanan juga berperan penting dalam menarik emosi khalayak. Jokowi dengan suara yang lantang, tahu kapan harus menekankan suarnya dan melemahkan suaranya dapat memancing emosi pendengar untuk mengikuti dengan seksama. Maka pesan yang diberikan dapat membekas dalam hati setiap orang yang mendengarkannya

Logos atau rasional bisa melalui pemilihan kata atau kalimat pembicara sebagai pengajuan bukti atau sesuatu yang dianggap menjadi bukti. Sehingga disebut juga sebagai pendekatan melalui akal (West & Turner, 2008). Jokowi menyampaikan data dan fakta konkret mengenai berbagai aspek ancaman, seperti hilangnya profesi lama dan munculnya profesi baru. Beliau juga menjelaskan strategi praktis seperti hilirisasi bauksit dan nikel, serta pengembangan SDM untuk menghadapi perasingan global. Hilirisasi nikel adalah keputusan terbaik Jokowi. Dengan berkembangnya zaman, dimana bahan bakar minyak bumi sebentar lagi akan habis dan beralih ke penggunaan Listrik. "Kita bangun hilirisasi nikel menjadi feronikel sehingga nilai tambah nikel kita akan meningkat empat kali lipat" sebut Jokowi. Dengan mengolah nikel mentah dan menjadikannya sebagai produk jadi yaitu baterai, akan sangat menguntungkan Indonesia. Hal tersebut merupakan fakta dan dapat diterima oleh akal setiap orang yang mendengarnya. Jokowi juga mengajak masyarakat untuk menghadapi ancaman. Katanya "Kita juga harus tanggap dan siap menghadapi perang cyber, menghadapi intoleransi menghadapi radikalisme menghadapi, terorisme serta menghadapi ancaman kejahatan kejahatan lainnya baik dari
dalam maupun dari luar negeri yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita" Kalimat tersebut merupakan kalimat ajakan.

Di akhir pidato, Jokowi sempat menyinggung perpindahan ibukota negara yang sebelumnya di Jakarta akan dipindahkan ke Kalimantan. Pesan tersebut memiliki ajakan tersirat bagi para pendengar, untuk mengajak mereka bersama berkontribusi dan melihat ibukota baru nanti. "Untuk indonesia yang lebih baik dan yang hidup selama-lamanya" adalah sebagai janji dari Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun