Berdasarkan pendapat dari Thomas Oetley Ekonomi Politik Internasional merupakan studi yang mempelajari tentang bagaimana proses politik dan juga kepentingan ekonomi saling berkaitan dan kemudian membentuk kebijakan. Studi Ekonomi Politik Internasional berkaitan dengan dinamika ekonomi global serta menyoroti persaingan politik antara yang kuat dominan dan yang lemah di dalam bursa ekonomi global.Â
Ini melibatkan interaksi antara pasar dan pihak-pihak berpengaruh seperti negara, perusahaan multinasional, dan organisasi internasional. Melalui analisisnya, Ekonomi Politik Internasional meneliti bagaimana pertarungan politik antara kekuatan yang berbeda di pasar global membentuk perkembangan ekonomi global.
Dalam konteks perekonomian internasional, terdapat konflik antara meningkatnya ketergantungan dan interkoneksi ekonomi global dengan upaya negara untuk mengatur ketergantungan ekonomi tersebut sambil mempertahankan otonomi politik. Negara-negara menghadapi dilema antara keinginan untuk mendapatkan manfaat maksimal dari perdagangan bebas dengan negara lain, namun juga menjaga kepentingan politik, nilai budaya, dan struktur sosial mereka. Dalam esensinya, aktivitas negara berjalan dalam kerangka logika pasar di mana pasar memiliki peran sentral dan kerja sama antarnegara diatur melalui mekanisme harga. Inilah yang menjadi cakupan dari studi ekonomi politik internasional.
Dari sudut pandang Ekonomi Politik Internasional (EPI), tindakan Amerika Serikat (AS) dalam meningkatkan tarif impor baja pada tahun 2002 dapat dipersepsikan sebagai contoh konkret bagaimana kepentingan ekonomi dan dinamika politik saling berinteraksi untuk membentuk kebijakan pemerintah.
Penerapan tarif telah lama dimaksudkan untuk mendukung industri Amerika selama lebih dari 300 tahun, menghasilkan hasil yang beragam. Undang-Undang Tarif tahun 1789 merupakan tarif pertama yang diberlakukan oleh pemerintah AS untuk melunasi utang yang timbul selama Perang Revolusi. Karena pada saat itu tidak ada pajak penghasilan, pemerintah baru mengenakan pajak impor sebagai sumber utama pendapatan. Selain itu, ada keyakinan bahwa manufaktur AS harus memainkan peran yang lebih besar dalam perekonomian. Pemerintah AS percaya bahwa dengan membebankan pajak atas impor tekstil dan besi, akan memberikan keunggulan harga bagi produk tekstil dan besi AS dibandingkan dengan pesaing asing.
Kebijakan ini dilandaskan pada tarif impor baja, yang telah mendapatkan posisi signifikan di pasar AS. Antara tahun 1997 dan 2002, 34 pabrik baja Amerika mengalami kebangkrutan dan sekitar 18.000 pekerja kehilangan pekerjaan. George W. Bush yang pada saat itu menjabat sebagai presiden Amerika menaikkan tarif impor baja sebesar 30% di tahun 2002 sebagai bagian dari kebijakan proteksionis. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi industri baja dalam negeri Amerika Serikat dari persaingan internasional. Meskipun demikian, kebijakan ini mendapat banyak kritik dan ancaman dari mitra bisnis perusahaan Eropa.
Sebagian besar produsen yang menggunakan baja dalam proses bisnisnya adalah usaha kecil. Menurut penelitian, sembilan puluh delapan persen dari 193.000 perusahaan AS di sektor konsumen baja pada saat pemberlakuan tarif baja oleh Bush, mempekerjakan kurang dari 500 pekerja. Implikasi ekonomi dari ukuran perusahaan yang kecil adalah bahwa bisnis-bisnis ini adalah "pengambil harga." Artinya, mereka terlalu kecil untuk memiliki kekuatan pasar yang cukup untuk mempengaruhi harga, dan sebagai gantinya harus menerima biaya input yang lebih tinggi akibat tarif.
Dampak dari harga baja yang lebih tinggi, yang sebagian besar disebabkan oleh tarif baja, mengakibatkan kehilangan hampir 200.000 pekerjaan di sektor konsumen baja, yang melebihi total lapangan kerja sebesar 187.500 di sektor produksi baja pada saat itu. Tarif tersebut tidak hanya menyebabkan tekanan di dalam negeri dengan kekurangan pasokan dan harga yang lebih tinggi, tetapi juga tekanan internasional. Harga baja di pasar AS umumnya lebih tinggi daripada yang dibayar oleh pesaing di luar negeri, memberikan keunggulan biaya bagi produsen asing yang memproduksi produk dengan baja. Sebagai respons, pelanggan mulai mengalihkan pesanan dari produsen AS ke produsen asing.
Secara keseluruhan, manfaat dari kebijakan proteksionis untuk menyelamatkan lapangan kerja di sektor manufaktur baja dalam jangka pendek jauh lebih kecil dibandingkan dengan konsekuensi yang tidak diinginkan dari kenaikan harga dan hilangnya lapangan kerja di industri lain. Akhirnya mengakibatkan pencabutan tarif tersebut dalam waktu dua tahun dari rencana awal yang akan terlaksana selama tiga tahun.
Dalam perspektif Ekonomi Politik Internasional (EPI), kebijakan ini mencerminkan pertarungan politik antara entitas yang dominan dan yang kurang dominan di dalam pasar ekonomi global.Â
Di satu sisi, negara-negara cenderung menginginkan manfaat maksimal dari perdagangan bebas dengan negara lain. Namun, di sisi lain, mereka juga memiliki kepentingan untuk melindungi otonomi politik, nilai-nilai kebudayaan, dan struktur sosial yang dimilikinya. Dalam hal ini, kebijakan tarif impor baja yang diterapkan oleh AS mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi dan kebutuhan untuk menjaga kedaulatan politik serta identitas sosial dan budaya negara.