Mohon tunggu...
Marsha Bremanda TR
Marsha Bremanda TR Mohon Tunggu... Lainnya - A learner, Dreamer, Achiever

Journalism and Digital Media Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Hobi Bikin Film dari Kearifan Lokal, Nih 3 Ciri Khas Fajar Nugros sebagai Auteur Indonesia

27 September 2021   11:17 Diperbarui: 27 September 2021   13:24 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Pemain Film Generasi Micin vs Kevin Sumber: Kompas.com

Halo Sobat Kompasiana!

Siapa sih yang nggak kenal Fajar Nugros?

Yup, sutradara asal Yogyakarta ini merupakan seorang sutradara dan penulis naskah yang mulai dikenal dari salah satu filmnya Yowis Ben (2018). Berhasil menembus lebih dari 1 juta penonton, Yowis Ben menjadi salah satu film yang mengangkat tema kearifan lokal Indonesia.

Melalui tema film yang diangkat, Fajar Nugros dikenal dengan ciri khasnya yang kerap mengangkat kearifan lokal Indonesia di film-film garapannya. Dari hal itu juga Fajar Nugros dianggap sebagai auteur Indonesia. Nah apa sih ciri khas Fajar Nugros dan auteur itu? Yuk simak artikel ini sampai akhir, ya!

Profil Fajar Nugros

Lahir di Yogyakarta, pria bernama lengkap Fajar Nugroho ini hobi menulis sejak kecil. Tulisan-tulisan yang ia buat kemudian diunggah melalui kanal blog-nya. 

Dari tulisan-tulisan tersebut, ia berharap agar kelak kumpulan dari tulisannya bisa difilmkan. Hal ini bukan didasari hanya untuk terkenal atau pujian, tetapi ia ingin agar di masa tuanya nanti, ia bisa menghabiskan waktu menonton film dari cerita pendeknya tersebut.

Fajar Nugros mulai tertarik dengan dunia perfilman sejak remaja. Keinginannya untuk membuat film muncul saat ia melihat film karya Ifa Isfansyah. Dari situ, lahirlah film independent pertamanya "Dilarang Mencium di Malam Minggu (2003)".

Fajar pun mulai membentuk sebuah komunitas film bersama teman-temannya yang bernama Nugrossinema. Komunitas ini menciptakan banyak film yang kerap mengangkat isu ketegangan sosial yang terselubung.

Kemahirannya dalam membuat film menjadikan Fajar memperoleh beasiswa dari Indonesian Documentary gagasan Shanty Harmayn. Semenjak itu, ia berturut-turut menjadi finalis Eagle Award Metro TV dan finalis IYCE British Council.

Awal Mula Menyutradari Film Layar Lebar

Queen Bee (2009) menjadi debut perdananya sebagai sutradara film layar lebar. Di bawah rumah produksi Millions Pictures, menjadikan Fajar belajar banyak dari sisi kurang dan lebih film garapannya tersebut. Kemudian, ia bersama Raditya Dika mulai menggarap film Cinta Brontosaurus yang dirilis pada bulan Mei 2013. Dari sana, ia terus menggarap film-film baik produksi sendiri maupun kolaborasi dengan sutradara lain.

Fajar Nugros Sumber: Liputan6.com
Fajar Nugros Sumber: Liputan6.com

Beberapa judul film yang pernah disutradari oleh Fajar Nugros antara lain:

  • Queen Bee (2009)
  • Tendangan dari Langit (2011)  - Asisten Sutradara
  • Cinta di Saku Celana (2012)
  • Cinta Brontosaurus (2013)
  • Refrain (2013)
  • Adriana (2013)
  • Bajaj Bajuri The Movie (2014)
  • 7/24 (2014)
  • Aku Cinta Kamu (2014)
  • Luntang Lantung (2014)
  • Me & You vs The World (2014)
  • Cinta Selamanya (2015)
  • Gangster (2015)
  • Moammar Emka's Jakarta Undercover (2017)
  • Yowis Ben (2018)
  • Terbang Menembus Langit (2018)
  • Generasi Micin vs Kevin (2018)
  • Yowis Ben 2 (2019)
  • Melodylan (2019)
  • Dignitate (2019)

Dari film-film garapannya tersebut, ia dikenal memiliki ciri khas tersendiri salah satunya suka mengangkat film dengan tema kearifan lokal. Hal ini dibuktikan dari beberapa filmnya yang pernah penulis tonton yaitu Yowis Ben dan Generasi Micin vs Kevin. Dua film tersebut sangat kental akan kearifan lokal yang menjadi keunikan dari Fajar Nugros.

Dari ciri khas tersebut, Fajar Nugros termasuk sebagai auteur Indonesia. Apa itu auteur? Tetap simak artikel ini sampai akhir ya!

Apa Sih Auteur Itu?

Pada akhir 1950 sampai awal 1960-an, terdapat sebuah gerakan yang disebut auteurisme mendominasi kritik dan teori film. Novelis sekaligus pembuat film Alexandre Astruc, mengaku harus bisa mengatakan "aku" seperti novelis atau penyair. Dalam hal ini, seorang sutradara film tidak lagi sekadar pelayan dari teks yang sudah ada sebelumnya (novel, skenario), tetapi seorang seniman kreatif dalam dirinya sendiri.

Fajar Nugros
Sumber: Celebrity.okezone.com

Menurut teori auteur, sutradara yang kuat secara intrinsik, akan menunjukan kepribadian gaya dan tematik yang dapat dikenali. Singkatnya, jati diri aslinya akan keluar tidak peduli apa situasinya. 

Para kritikus auteur membedakan mereka yang berpegang pada konvensi dominan dan naskah yang diberikan dan auteur yang menggunakan mise-un-scene sebagai bagian dari ekspresi diri.

Andrew Sarris dalam bukunya "Notes On The Auteur Theory From 1962", mengatakan bahwa cara sebuah film terlihat dan bergerak harus memiliki hubungan dengan cara seorang sutradara berpikir dan merasa. Menurut Sarris, gaya yang bermakna yaitu menyatukan "apa" dan "bagaimana" menjadi "pernyataan pribadi" di mana sutradara mengambil risiko dan berjuang melawan standarisasi.

Tiga Ciri Khas Auteur

Sarris mengajukan tiga ciri khas untuk mengenali seorang auteur,

  1. Kompetensi Teknis, yaitu auteur harus memiliki kemampuan teknis seperti sinematografi, pengambilan gambar, dan hal teknis lainnya.
  2. Kepribadian yang Dapat Dibedakan, yaitu seorang auteur memiliki hal unik atau yang bisa dibedakan yang auteur lainnya.
  3. Makna Batin, yaitu sebuah produk film memiliki makna tersendiri.

Sebagai seorang sutradara, Fajar Nugros dapat dikatakan sebagai auteur karena memiliki ketiga ciri khas di atas. Nah, apa saja sih ciri khas Fajar Nugros sampai bisa disebut auteur?

  1. Kompetensi Teknis.

Pada film-film garapan Fajar Nugros, konsep sinematografi dan pengambilan gambar nya selalu mengalir mengikuti jalan ceritanya. Ia tidak memiliki konsep terstruktur yang mengharuskan shot tertentu, tetapi lebih ke jalan cerita itu akan diambil seperti apa.

       2. Kepribadian yang Dapat Dibedakan

Ciri khas kental dari film garapan Fajar Nugros adalah temanya yang kerap mengangkat kearifan lokal Indonesia. Pada film Yowis Ben (2018) dan Generasi Micin vs Kevin (2018) terlihat jelas bagaimana Fajar menggarap film tersebut. Tak hanya itu, kepribadian unik Fajar Nugros semakin membedakan dirinya dengan sutradara lain di Indonesia. 

Karakter yang diangkat dari film Yowis Ben dan Generasi Micin vs Kevin, penuh dengan keberagaman suku dan bangsa Indonesia. Dalam film Yowis Ben, Bayu (Bayu Skak) digambarkan sebagai orang Jawa Islam moderat, Doni (Joshua Suherman)  sebagai orang Jawa beragama Katolik, Nando (Brandon Salim) orang Tionghoa yang gemar mentraktir, serta Yayan (Tutus Thomson) digambarkan sebagai pemeluk agama yang lebih konservatif.

Para Pemain Film Generasi Micin vs Kevin Sumber: Kompas.com
Para Pemain Film Generasi Micin vs Kevin Sumber: Kompas.com

Sementara pada film Generasi Micin vs Kevin, karakternya ada Kevin (Kevin Anggara) sebagai orang Tionghoa yang gemar bermain game komputer, Bonbon (Teuku Ryzki) sebagai orang Jakarta yang pelupa, Dimas (Joshua Suherman) sebagai orang Kroya yang berbicara ngapak, Johana (Kamasean Matthews) sebagai orang Batak.

Dari karakter tokoh di atas, Fajar Nugros ingin memperlihatkan keberagaman suku dan budaya di Indonesia. Tak hanya itu, jika dilihat dari jalan cerita yang disodorkan, ia kerap memasukkan masalah yang sesuai dengan karakter tersebut dan sangat relate dengan kehidupan masyarakat. Misalnya konflik kelas sosial anak SMA.

      3. Makna Batin

Terakhir, film-film garapan Fajar Nugros tentu tidak lepas dari pemaknaan film itu sendiri. Di film Yowis Ben dan Generasi Micin vs Kevin, makna yang muncul adalah keberagaman di Indonesia ada banyak, dan bagaimana caranya bisa bersatu untuk kehidupan yang lebih baik dan damai.

Dari ketiga ciri khas di atas, maka Fajar Nugros patut dianggap sebagai auteur Indonesia yang berpengaruh besar pada film-film garapannya. Nah, sobat kompasiana mau tahu gimana film garapan Fajar Nugros, bisa langsung lihat di platform-platform film yang tersedia ya!
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun