Mohon tunggu...
MarsG
MarsG Mohon Tunggu... -

suka baca suka nulis suka makan suka tidur dan tidak suka macem-macem

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Klarifikasi Afi, dari Tuduhan Plagiasi Hingga Bibit Korupsi

3 Juni 2017   21:21 Diperbarui: 4 Juni 2017   05:11 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Afi telah berbohong ketika di wawancarai oleh Bayu Setiono dari Kompas TV. Kebohongan Afi telah disaksikan oleh jutaan pemirsa Kompas TV. Kebohongan Afi juga telah dicatat dan direkam oleh netizen. Beberapa netizen bahkan membuatkan memenya. Kebohongan Afi telah menjadi jejak digital di dunia maya dan dunia nyata. Saat ditanya oleh Bayu dan disorot oleh kamera tv, Afi seperti melupakan pentingnya kejujuran. Padahal kejujuran adalah pondasi kehidupan. Jika sejak kecil sudah terbiasa berbohong, maka bohong akan menjadi gaya hidupnya hingga dewasa. Kebohongan pertama akan ditutupi oleh kebohongan selanjutnya, jadilah spiral kebohongan dalam kehidupannya. Apalagi kebohongan tersebut ditampilkan dimuka publik, dimana banyak orang yang melihat kebohongan tersebut.

Setelah Mita Handayani melakukan klarifikasi bahwa tulisan “Agama Kasih” benar-benar karyanya yang ditulis untuk meramaikan ramadhan tahun lalu, Afi memilih menyembunyikan akun facebooknya. Tak seorang pun bisa melihatnya. Setelah beberapa hari lalu berbohong, hari ini Afi mengakui kesalahannya bahwa dia benar-benar telah melakukan plagiat karya Mita Handayani. Meskipun dengan gaya ngeles dan muter-muter karena ego dan kesombongannya yang terlanjur tenar.

Tapi ego dan kesombongannya karena menjadi seleb FB dadakan tersebut justru menimbulkan masalah baru dalam klarifikasi dan pengakuan dosanya tersebut.  Layaknya sebuah sinetron, Afi membuka klarifikasinya dengan suasana sedih dan haru. Tentu dengan harapan, netizen memakluminya dan mendukungnya. Gaya ngeles yang cerdas. Cara menarik simpati yang banyak dipertontonkan dalam acara idol-idolan di tv. Masyarakat biasanya mudah larut dalam kesedihan, ikut terenyuh dan akhirnya mau memafkan lalu melupakan segala kesalahannya. Afi sepertinya tahu betul masyarakat memiliki sejuta maaf atas kesalahan dan kebohongannya.

Setelah netizen dibawa larut dalam kesedihan yang dibangunnya, Afi lalu menuduh bahwa semua orang pernah melakukan plagiasi. Sebuah tuduhan serius yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang sering melakukan plagiasi, seorang plagiator. Tuduhan Afi dengan menyebut semua orang adalah plagiator sangat konyol dan menyakitkan.

Perumpamaannya, Afi seperti ingin menyampaikan bahwa dia melakukan korupsi karena semua orang juga koruptor. Dengan kata lain Afi mencuri karena perbuatan mencuri juga dilakukan oleh semua orang. Atau perampokan yang dilakukan oleh Afi karena menurut Afi semua orang pernah melakukan perampokan. Afi telah melakukan tuduhan serius dengan menyamakan kejahatan yang telah dilakukannya juga dilakukan oleh semua orang. Afi sepertinya ingin mencari alibi pembenaran bahwa tindakan plagiasi yang dilakukannya juga dilakukan oleh semua orang.

Dari sini kita tahu bahwa Afi yang mengaku telah menulis sejak SD tidak bisa membedakan antara “mengutip” dengan plagiat. Afi berpikir kegiatan “mengutip” dengan mencantunkan sumber asli yang dilakukan semua orang juga disebut plagiat. Afi juga berpikir kejahatannya dengan mencantumkan logo copyright ditulisan hasil copasnya adalah hal biasa yang juga dilakukan oleh semua orang. Bagi Afi mengopas tulisan orang lain lalu mengakui sebagai tulisannya dengan mencantumkan logo copyright adalah hal biasa yang juga dilakukan semua orang. Lalu Afi pun bangga dengan segala puja-puji atas karya hasil copasnya tersebut. Kebanggaan akibat puja-puji yang melenakan telah melahirkan kesombongan. Semua kesombongan bisa dilihat dari cara Afi membalas komen-komen yang mengkritik di laman facebooknya. Banyak kritikusnya yang menasehatinya telah diblock. Afi hanya menerima komentar dari pemujanya. Komentar pujian, bukan komentar kritikan.

Klarifikasi Afi bukannya mencerahkan justru makin membuat geleng-geleng kepala. Arogansi dan egonya sangat luar biasa. Terlihat jelas ada beban berat untuk melepas popularitas yang sudah dalam genggamannya. Klarifikasi AFI seperti seorang koruptor yang tertangkap OTT KPK lalu menarik orang lain yang tidak berdosa dan dituduh telah melakukan dosa yang sama. Afi yang telah terbukti melakukan plagiat justru mencari pembenaran dengan menuduh semua orang juga melakukan plagiat. Kalo kata kompasianer Sang Pujangga,”Cara klarifikasinya mirip dengan gaya ngeles para koruptor.” Saya yakin kita semua sepakat bahwa plagiat adalah bibit korupsi yang diawali oleh ketidakjujuran, curang. Membiarkan plagiasi sama saja menyemai bibit-bibit korupsi. Jika sejak kecil saja sudah memiliki bibit berjiwa koruptor, tentu dewasanya bisa menjadi koruptor kakap. Anda sepakat dengan saya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun