Mohon tunggu...
marsello soplanit
marsello soplanit Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/IISIP Jakarta/Jurusan Hubungan Internasional

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perisai Digital ASEAN: Sinergi Kawasan untuk Menangkal Ancaman Siber Tahun 2024

8 November 2024   16:00 Diperbarui: 8 November 2024   16:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital yang semakin maju, ancaman siber telah menjadi isu keamanan yang mendesak bagi banyak negara di seluruh dunia, termasuk kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2024, negara-negara anggota ASEAN menghadapi tantangan yang semakin kompleks dalam menghadapi ancaman siber. Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya membawa manfaat tetapi juga membuka celah bagi serangan siber yang dapat mengancam stabilitas ekonomi, politik, dan sosial di kawasan ini. Dengan meningkatnya ancaman siber, ASEAN menyadari bahwa keamanan siber tidak lagi bisa dianggap sebagai isu domestik, melainkan sebagai ancaman lintas batas yang memerlukan kerja sama regional. 

Selama bertahun-tahun, ASEAN telah melakukan berbagai upaya untuk membangun kerangka kerja sama dalam keamanan siber, termasuk melalui pembentukan ASEAN Cybersecurity Cooperation, yang menjadi platform untuk berbagi informasi dan praktik terbaik di antara negara-negara anggota. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah kerja sama ASEAN dalam menangkal ancaman siber pada tahun 2024 ini benar-benar efektif dan memadai untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks? Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan mengapa kerja sama keamanan siber ASEAN merupakan langkah positif, tetapi masih menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar lebih efektif dalam melindungi kawasan dari serangan siber yang semakin canggih.

Potensi Kerja Sama ASEAN untuk Menghadapi Ancaman Siber

Salah satu keuntungan utama dari kerja sama keamanan siber ASEAN adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan sumber daya dan informasi lintas negara. Keamanan siber memerlukan kemampuan deteksi dini dan respons cepat terhadap ancaman. ASEAN Cybersecurity Cooperation memungkinkan setiap negara anggota untuk berbagi informasi intelijen terkait ancaman siber, termasuk pola serangan, identitas aktor siber, serta teknik-teknik serangan terbaru. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan efektivitas deteksi ancaman, tetapi juga mempercepat respons terhadap serangan yang terjadi. Melalui kerja sama ini, ASEAN dapat membangun jaringan keamanan siber yang saling mendukung dan mampu merespons serangan dengan lebih cepat dan terkoordinasi.

Selain itu, ASEAN juga memiliki potensi besar untuk melatih dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang keamanan siber. Negara-negara ASEAN memiliki tingkat perkembangan teknologi yang berbeda-beda, sehingga kolaborasi ini memungkinkan transfer pengetahuan dari negara yang lebih maju dalam keamanan siber, seperti Singapura, kepada negara anggota lainnya. Dengan adanya pelatihan dan program pengembangan kapasitas, negara-negara ASEAN dapat memperkuat pertahanan siber mereka, baik secara individu maupun sebagai satu kesatuan kawasan.

Tantangan dalam Implementasi Kerja Sama Keamanan Siber ASEAN

Meskipun ada manfaat nyata dari kerja sama keamanan siber ASEAN, ada sejumlah tantangan besar yang harus dihadapi untuk menjadikan inisiatif ini lebih efektif. Salah satu tantangan utama adalah perbedaan kapasitas dan sumber daya di antara negara-negara anggota. Misalnya, Singapura memiliki kemampuan dan infrastruktur keamanan siber yang jauh lebih canggih dibandingkan negara-negara lain di ASEAN, seperti Myanmar atau Laos, yang masih menghadapi tantangan besar dalam hal akses dan pengembangan teknologi. Perbedaan ini dapat menghambat kemampuan ASEAN untuk bertindak sebagai entitas kolektif dalam menghadapi ancaman siber, karena beberapa negara mungkin tidak memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi yang setara dalam kerja sama ini.

Selain itu, kerangka regulasi yang berbeda di setiap negara anggota ASEAN juga menjadi hambatan dalam kerja sama keamanan siber. Beberapa negara memiliki kebijakan yang ketat terhadap aktivitas siber, sementara negara lain mungkin kurang memiliki regulasi yang memadai. Perbedaan kebijakan ini menimbulkan kesulitan dalam mengkoordinasikan respon terhadap ancaman siber, terutama ketika menyangkut kasus yang melibatkan beberapa yurisdiksi. Tanpa kerangka regulasi yang seragam, sulit bagi ASEAN untuk menyusun strategi keamanan siber yang efektif dan dapat diterapkan di seluruh kawasan.

Kerja sama ASEAN juga dihadapkan pada tantangan terkait kepercayaan antaranggota. Keamanan siber adalah masalah yang sensitif, mengingat data dan informasi yang dibagikan dalam kerja sama ini mungkin mencakup informasi rahasia yang penting bagi keamanan nasional masing-masing negara. Oleh karena itu, muncul keraguan dari beberapa negara untuk berbagi data secara terbuka, karena kekhawatiran akan kemungkinan penyalahgunaan informasi oleh pihak lain. Untuk membangun kerja sama yang efektif, ASEAN perlu menemukan cara untuk mengatasi masalah ini dan menciptakan lingkungan yang saling percaya di antara anggotanya.

 Menghadapi Ancaman dari Aktor Siber Non-Negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun