Mohon tunggu...
Marseli Putri
Marseli Putri Mohon Tunggu... -

Hobi saya membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Outing Class yang Berakhir Tragis: Hal-Hal yang Sering Terlupakan

6 Februari 2025   12:36 Diperbarui: 6 Februari 2025   12:36 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Outing Class ( Sumber: U-Report)

Outing class atau pembelajaran di luar kelas telah menjadi bagian dari metode pendidikan modern yang dianggap mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata dan menyenangkan bagi siswa. Dengan suasana yang lebih santai dan interaktif, kegiatan ini diharapkan bisa menambah wawasan, membangun karakter, serta meningkatkan kerja sama di antara siswa. Selain itu, outing class juga membantu siswa dalam mengembangkan nilai-nilai karakter yang penting seperti tanggung jawab, kepedulian, dan toleransi. Oleh karena itu, banyak sekolah memasukkan outing class sebagai bagian dari kurikulum pendidikan.

Outing class memiliki manfaat yang dapat mendukung perkembangan siswa, tetapi juga memiliki risiko besar. Beberapa kasus kecelakaan yang bahkan sampai merenggut nyawa siswa menjadi bukti bahwa kegiatan ini bisa berubah dari pengalaman edukatif menjadi tragedi, seperti kejadian 13 siswa SMP terseret ombak di Pantai Drini. Sering kali, faktor keselamatan kurang diperhatikan dalam perencanaan kegiatan ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai kesiapan sekolah dalam merancang dan mengawasi outing class dengan baik.

Salah satu penyebab  outing class berujung pada kecelakaan fatal adalah lemahnya manajemen risiko. Banyak sekolah menggelar kegiatan ini tanpa mempertimbangkan faktor keselamatan secara menyeluruh. Beberapa faktor penting seperti kesiapan lokasi, alat keselamatan, serta kapasitas pendamping sering kali diabaikan. Tanpa perencanaan yang matang, outing class dapat menjadi aktivitas yang penuh bahaya bagi siswa.

Kurangnya perencanaan matang sering kali menjadi faktor  dalam kecelakaan outing class. Banyak outing class dilakukan tanpa persiapan yang cukup, baik dalam pemilihan lokasi, peralatan keselamatan, maupun kesiapan siswa dan pendamping. Kegiatan diadakan di tempat yang berisiko tinggi seperti sungai, pantai, atau pegunungan tanpa adanya mitigasi bahaya yang memadai dan kurangnya pengetahuan tentang suatu tempat yang dikunjungi. Akibatnya, siswa rentan terhadap kecelakaan yang sebenarnya dapat dicegah dengan persiapan yang lebih baik.

Minimnya pengawasan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) keselamatan juga menjadi faktor penyebab insiden dalam outing class. Dalam banyak kasus kecelakaan, siswa dibiarkan jam bebas dimana para siswa dapat bermain atau menjelajah. Terkadang para siswa tidak sengaja menjelajah area berbahaya tanpa pengawasan yang ketat. Standar operasional prosedur (SOP) keselamatan sering kali tidak jelas atau bahkan diabaikan. 

Ketidaksiapan dalam menghadapi kondisi darurat memperparah dampak dari kecelakaan yang terjadi. Banyak sekolah atau penyelenggara kegiatan yang tidak memiliki rencana darurat jika terjadi kecelakaan. Keterlambatan dalam memberikan pertolongan pertama atau sulitnya akses ke fasilitas kesehatan memperparah dampak dari insiden yang terjadi. Selain itu, ketidaktersediaan peralatan darurat yang memadai di lokasi juga semakin memperburuk keadaan saat kecelakaan terjadi.

Pemilihan lokasi outing class yang kurang aman menjadi faktor utama dalam banyak tragedi yang terjadi. Selain kurangnya manajemen risiko, faktor lain yang berkontribusi terhadap tragedi outing class adalah pemilihan lokasi yang tidak mempertimbangkan aspek keamanan secara menyeluruh. Banyak sekolah lebih mengutamakan tempat yang dianggap menarik atau edukatif tanpa memperhatikan apakah lokasi tersebut memiliki potensi bahaya tinggi. Padahal, lokasi yang kurang aman dapat meningkatkan risiko kecelakaan bagi siswa.

Misalnya, dalam beberapa kasus laka  laut,  sering kali  tidak ada petunjuk batas  area bermain yang aman  bagi siswa. Tidak ada alat keselamatan yang memadai. Serta minimnya petugas penyelamat yang siaga di lokasi. Sehingga terjadi kecelakaan seperti terseret ombak dan tenggelam. Hal ini menunjukkan bahwa aspek keselamatan masih dianggap sebagai faktor sekunder, bukan prioritas utama.

Setiap kali terjadi insiden dalam outing class, selalu muncul pertanyaan mengenai siapa yang bertanggung jawab. Apakah pihak sekolah sebagai penyelenggara, panitia yang mengatur perjalanan, atau pihak ketiga yang menyediakan jasa wisata.  Tanpa adanya kejelasan dalam mekanisme pertanggungjawaban, keluarga korban seringkali mengalami kesulitan dalam mencari keadilan. Hal ini menunjukkan pentingnya regulasi yang lebih jelas dalam penyelenggaraan outing class.

Tragedi outing class harus menjadi pelajaran penting bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kegiatan ini memang memiliki manfaat besar bagi siswa, tetapi keselamatan harus menjadi prioritas utama. Tanpa perencanaan matang, pengawasan ketat, serta regulasi yang jelas, outing class akan tetap menjadi kegiatan yang penuh risiko. Oleh karena itu, semua pihak harus lebih serius dalam memastikan keamanan siswa selama outing class berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun