Ahmad adalah seorang pemuda yang tumbuh besar di lingkungan yang jauh dari agama. Sejak remaja, ia lebih banyak terlibat dalam pergaulan bebas, hiburan duniawi, dan hal-hal yang membuat dirinya jauh dari ketenangan jiwa. Kehidupannya terasa hampa, meskipun ia memiliki segalanya secara materi: teman-teman, popularitas, dan kekayaan. Namun, di lubuk hatinya, Ahmad merasa ada sesuatu yang hilang.
Suatu malam, ketika ia sedang berada dalam kondisi gelisah tanpa tahu sebabnya, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Tanpa sengaja, langkah kakinya membawanya ke masjid. Di masjid itu, ada kajian Al-Qur'an yang sedang berlangsung. Rasa penasaran mendorongnya untuk masuk dan duduk di belakang, meskipun ia tak berniat untuk ikut terlibat.
Ketika ustadz membacakan surat Adh-Dhuha (QS. 93), hatinya tergerak saat mendengar ayat yang berbunyi:
"Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkanmu, dan tidak pula membencimu." (QS. Adh-Dhuha: 1-3)
Kata-kata itu menghujam jiwanya. Ahmad merasa seolah-olah Allah sedang berbicara langsung kepadanya. "Apakah mungkin Allah masih peduli padaku setelah semua dosa yang aku lakukan?" pikirnya. Ustadz kemudian menjelaskan tafsir ayat tersebut bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya, meskipun hamba itu sering lalai. Allah senantiasa memberikan kesempatan untuk kembali kepada-Nya.
Malam itu adalah awal perubahan besar dalam hidup Ahmad. Ia mulai membaca Al-Qur'an sedikit demi sedikit, memahami arti dan maknanya. Ayat-ayat yang ia baca tidak hanya menenangkan hatinya, tetapi juga memberikan arah hidup yang lebih jelas. Ahmad menemukan makna sejati dalam hidup: kedekatan dengan Allah dan menjalani hidup sesuai dengan petunjuk-Nya.
Salah satu ayat yang sangat memotivasi Ahmad dalam perjalanannya adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." (QS. Al-Baqarah: 286)
Ayat ini mengingatkannya bahwa setiap ujian dan kesulitan dalam hidup bisa diatasi dengan kesabaran dan tawakal. Ahmad terus memperbaiki dirinya, meninggalkan kebiasaan lama, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Kini, Ahmad aktif dalam kegiatan dakwah, mengajak orang lain untuk mendekatkan diri kepada Al-Qur'an, karena ia tahu betul bagaimana Al-Qur'an mampu mengubah hidup seseorang. Ia sering mengingatkan teman-teman dan saudara-saudaranya, "Al-Qur'an bukan sekadar bacaan, tapi pedoman hidup. Di dalamnya ada jawaban untuk setiap masalah yang kita hadapi, dan ada cahaya yang menuntun kita di saat kegelapan."
Cerita ini menggambarkan bagaimana Al-Qur'an bisa menjadi sumber motivasi dan perubahan hidup. Pesan utama yang disampaikan adalah bahwa tak peduli seberapa jauh seseorang tersesat, Allah selalu memberi jalan untuk kembali, selama hamba-Nya bersedia untuk mendekatkan diri kepada-Nya.