Berhubung saya sering mendengar mengenai wabah penyakit ebola, saya penasaran dengan penyakit ebola. Gejala-gejalanya, proses penularan, proses perawatan pengobatan – hingga vaksinasi. Dan inilah hasil pencarian saya mengenai penyakit ebola ini.
Kasus penyakit ebola bukanlah kasus yang sepenuhnya baru. Di tahun 1976 sebenarnya pernah teridentifikasi kasus ebola di Yambuku – Republik Congo. Di saat itu tercatat 318 kasus dan 280 kematian yang disebabkan oleh virus ebola. Kasus wabah kedua terjadi di tahun 1995 masih di Republik Congo dengan 315 kasus dan 254 kematian. Berikutnya di tahun 2000 di Uganda dengan 425 kasus dan 224 kematian. Di bulan Agustus 2007 di Kampungu – Republik Congo 264 kasus dan 187 kematian. 30 November 2007 di Bundibugyo – Uganda Barat 149 kasus dengan 37 kematian. Di tahun 2012 di Uganda, yang pertama 7 kasus dengan 4 kematian, dan yang kedua 24 kasus dengan 17 kematian. Di bulan Agustus 2012 masih di Republik Congo 57 kasus dengan 29 survivor.
Di tahun 2013 – 2014 WHO mencatat bahwa serangan Ebola sejak Desember 2013 ini telah menewaskan setidaknya 1.145 orang dan telah menular kepada lebih dari 2.100 orang di Guinea, Sierra Leona, dan Liberia. Sumber : Link
Gejala infeksi ebola didahului dengan demam, badan melemah, otot kejang, dan tenggorokan sakit. Selanjutnya penderita akan muntah-muntah, diare, dan pada beberapa kasus terjadi pendarahan dalam dan luar. Di sisi lain, kondisi penderita amat cepat menjadi parah. Kalaupun dinyatakan sembuh, selama tujuh pekan kemudian masih berpotensi menularkan.
Penularannya membutuhkan kontak langsung dengan darah, produk sekresi, serta cairan tubuh dari penderita yang masih hidup atau sudah mati, termasuk hewan yang terinfeksi. Ebola menular melalui cairan tubuh, termasuk darah, muntah, kotoran, keringat, liur, air mata, dan cairan mani. Sehingga secara teoritis, Ebola dapat saja menular dari berhubungan seks. Namun tidak seperti flu atau HIV, orang yang terinfeksi ebola tidak akan menularkan penyakitnya hingga timbulnya gejala. Karena itu, berhubungan seks mungkin tidak akan dilakukan pasien yang sudah sakit. Tidak seperti penyakit virus lainnya, ebola tidak dapat menyebar melalui udara dari bersin atau batuk. Masa inkubasi virus ebola dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari.
Sebenarnya virus ebola masih dianggap kurang mematikan dibanding rabies, HIV, influenza, virus yang disebarkan oleh nyamuk (DBD, malaria, dll), dan rotavirus. Sumber : Link
Vaksinasi, perawatan dan pengobatan
Hingga saat ini vaksin untuk ebola ini belum ditemukan, atau belum teruji secara klinis. Memang sudah ada vaksin yang sudah dicoba di hewan namun pengujian di manusia belum sepenuhnya tuntas. Dari jumlah pengidap dan survivor dari virus ebola ini dapat disimpulkan masih ada perawatan dan pengobatan yang dapat dijalankan untuk kesembuhan pasien ebola. Hanya mungkin karena catatan kasus dan kekontinyu-an proses perawatan tidak diteliti sehingga saat wabah ebola terjadi lagi, pihak medis masih kelabakan dalam penanganan, dimana belum ada pengobatan yang benar-benar sudah dikembangkan. Di satu sisi, berhubung penyakit ebola ini terjadi di Negara berkembang, sehingga kasus yang dulu-dulu kurang mendapat perhatian untuk penelitian vaksin – perawatan dan pengobatan. Namun sepertinya setelah kasus di tahun 2013 – 2014 ini penelitian terhadap virus ebola lebih mendapat perhatian. Dan beberapa klaim menyatakan bahwa sudah ada vaksin dan pengobatan yang cukup efektif untuk ebola, namun masih membutuhkan pengujian yang lebih menyeluruh.
Mudah-mudahan virus ebola benar-benar dapat ditemukan penanganan efektif, obat dan vaksinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H