Mohon tunggu...
marlina marzuki
marlina marzuki Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesantren, Liburan dan Dinamika Didalamnya: Menjaga Semangat Belajar di Tengah Waktu Luang

25 Desember 2024   18:06 Diperbarui: 25 Desember 2024   18:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dayah Jeumala Amal di Detik-Detik Penjemputan Santri untuk Liburan Semester Ganjil Sumber: Dokumentasi Pribadi

Di suatu desa yang tenang, kehidupan sebuah keluarga dimulai. Ayah adalah seorang laki-laki sederhana yang bekerja keras demi keluarganya dan Ibu adalah seorang guru yang mengajar di sebuah sekolah menengah di pinggir kota. Keluarga tersebut memiliki seorang anak laki-laki bernama Ad Dien. Ad Dien adalah anak yang cerdas dan rajin belajar. Karena kecerdasannya, Ad Dien mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu di pondok pesantren yang terletak cukup jauh dari rumah mereka.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Masih teringat betapa berat hati sang ibu ketika mengantar Ad Dien ke pondok pesantren untuk pertama kali. Hatinya dipenuhi campuran perasaan bangga dan sedih. Bangga karena Ad Dien mendapat kesempatan yang luar biasa untuk menimba ilmu agama lebih dalam, namun juga sedih karena harus berpisah dengan anak kesayangannya.

Setiap hari, keluarga ini menjalani rutinitasnya dengan semangat, meski ada perasaan rindu yang terus menghiasi hatinya, ada sesuatu yang terasa kosong, ibarat gigi yang baru dicabut, setiap saat lidah tanpa sadar selalu mengabsen lubang tempat dicabutnya gigi. Setiap kali ia melihat kamar Ad Dien yang kini kosong, kenangan manis bersama anaknya pun kembali menghampiri. Sang ibu sering kali duduk di tepi tempat tidur Ad Dien, membayangkan suara tawa dan celoteh anaknya yang riang.

Malam adalah waktu yang paling sulit bagi sang ibu. Ketika seluruh desa terlelap dalam keheningan, Sang ibu sering kali terjaga dengan perasaan rindu yang tak tertahankan. Ia sering memandang foto Ad Dien yang tersimpan di meja samping tempat tidurnya, berharap bisa segera memeluk anaknya lagi. Terkadang, sang ibu meneteskan air mata, membayangkan bagaimana Ad Dien menjalani hari-harinya di pondok pesantren.

Namun, sang ibu tak pernah menunjukkan kesedihannya kepada orang lain. Ia tetap tersenyum dan menjalani hari-harinya dengan tabah. Setiap kali masa berkunjung tiba, hatinya berbunga-bunga. Ad Dien sering bercerita tentang kegiatan di pondok pesantren, teman-teman barunya, dan ilmu yang ia pelajari. Meski rindu dan merasa berat melepas anaknya ke pondok pesantren, cerita-cerita Ad Dien menjadi penguat hati sang ibu bahwa anaknya baik-baik saja dan semakin dekat dengan Tuhan.

Pada suatu hari, datang kabar melalui WhatApss bahwa Ad Dien akan pulang untuk liburan. Hatinya berdebar-debar penuh harap. Ia mempersiapkan segala sesuatunya dengan penuh semangat. Rumah yang biasa tampak sepi kini disulap menjadi tempat yang hangat dan penuh kebahagiaan. Sang ibu bahkan memasak makanan kesukaan Ad Dien dengan sepenuh hati.

Ketika hari yang dinanti tiba, setelah shalat shubuh sebelum matahari terbit maka semua anggota keluarga bersiap menempuh perjalanan menjemput ananda tercinta yang telah menuntut ilmu selama 5 bulan dengan penuh harap. Minggu pagi ini terasa berbeda, Jalan Lintas Medan Banda Aceh penuh hiruk pikuk, dan sentra kehirukpikukan tersebut berpusat di Dayah Jeumala Amal Pidie Jaya. Macet mengiringi penjemputan tersebut, suasana pondok pesantren menjelang pagi tersebut seperti pagi menjelang shalat Ied tiba. Para santri bersiap menunggu dijemput keluarganya dengan gamis dan sorbannya. Ketika melihat sosok Ad Dien berjalan mendekat, air mata kebahagiaan pun mengalir di pipi sang ibu. Mereka berpelukan dalam diam, seolah tidak ingin melepaskan satu sama lain. Perasaan rindu yang terpendam selama ini akhirnya terobati. Ia menyadari bahwa pengorbanannya tidak sia-sia, dan ia sangat bangga dengan anaknya yang terus berjuang menuntut ilmu demi masa depan yang lebih baik.

Pertemuan singkat itu memberikan kebahagiaan yang tak tergantikan. Meskipun tahu bahwa Ad Dien harus kembali ke pondok pesantren setelah liburan usai, sang ibu tetap merasa kuat dan penuh harap. Ia tahu bahwa cinta seorang ibu adalah kekuatan yang tak pernah pudar, dan ia akan selalu mendukung Ad Dien dalam perjalanan hidupnya.

Pada saat Ad Dien menikmati momen liburan dengan bertemu orang tua, teman, berdarma wisata, ada hal positif lainnya yang bisa disisipkan. Disinilah peran orang tua diperlukan untuk membimbing sang anak untuk tetap mengamalkan ajaran-ajaran yang sudah ditanamkan di pesantren karena sejatinya amalan tersebut tidak hanya untuk diamalkan di dalam pesantren saja, namun di luar lingkungan pondok pesantrenlah amalan tersebut harusnya dilaksanakan. Hal ini dapat menjadi contoh bagi para pemuda lainnya tentang bagaimana cara menjaga nama baik pesantren dan menjalankan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Ad Dien harus menyadari bahwa tanggung jawabnya sebagai santri tidak hanya terbatas di dalam lingkungan pesantren, tetapi juga di luar, dalam interaksi sehari-hari dengan masyarakat. Ia tahu bahwa sebagai santri, ia memiliki tanggung jawab untuk menjaga nama baik pesantren dimanapun ia berada.

Selama di rumah, Ad Dien dibimbing untuk tetap menjalankan kebiasaannya seperti yang diajarkan di pesantren. Ia rajin shalat lima waktu, membaca Al-Qur'an, dan membantu orang tua di rumah. Orang tua juga dapat mengarahkan anaknya mengisi liburan dengan hal berguna lainnya, misalnya mengembangkan serta mengeksplorasi bakat dan hobi, mempelajari keterampilan baru, relaksasi dan Self Care dengan melakukan kegiatan merawat diri agar merasa rileks dan tenang, mengikuti kegiatan sosial dengan berkontribusi pada acara kemasyarakatan karena hal ini tidak hanya bermanfaat bagi orang lain tetapi juga memberikan pengalaman berharga bagi diri sendiri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun