Salah satu langkah paling signifikan adalah pemasangan sistem peringatan dini tsunami. Sistem ini mencakup sensor gempa bawah laut dan pelampung deteksi tsunami yang terhubung dengan pusat pemantauan di darat. Ketika sensor mendeteksi gempa yang berpotensi memicu tsunami, peringatan segera dikirimkan kepada masyarakat melalui sirene, pesan teks, dan media massa
Edukasi dan Latihan Kesiapsiagaan
Edukasi masyarakat tentang bahaya tsunami dan cara-cara evakuasi yang aman menjadi prioritas. Latihan kesiapsiagaan rutin dilakukan di sekolah-sekolah dan komunitas untuk memastikan semua orang tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana
Pengelolaan Lingkungan
Upaya konservasi lingkungan, seperti penanaman mangrove di sepanjang pesisir, dilakukan untuk mengurangi dampak tsunami. Mangrove berfungsi sebagai penghalang alami yang dapat meredam kekuatan gelombang tsunami
Kerjasama Internasional
Aceh bekerja sama dengan berbagai negara dan organisasi internasional untuk memperkuat kapasitas mitigasi bencana. Japan International Cooperation Agency (JICA), misalnya, telah berperan penting dalam memberikan bantuan teknis dan pelatihan.
Â
Refleksi 20 Tahun
Dua puluh tahun setelah tsunami, Aceh telah mengalami transformasi signifikan. Infrastruktur yang lebih kuat dan sistem peringatan dini yang canggih telah meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana. Namun, tantangan masih ada, terutama dalam hal kesadaran dan partisipasi masyarakat. Beberapa pelampung deteksi tsunami dilaporkan rusak atau hilang, menunjukkan perlunya pemeliharaan yang lebih baik.
Refleksi terhadap 20 tahun tsunami Aceh menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai, upaya terus-menerus diperlukan untuk memastikan bahwa masyarakat siap menghadapi bencana di masa depan. Edukasi, latihan rutin, dan pemeliharaan infrastruktur serta sistem peringatan dini harus menjadi prioritas untuk mengurangi risiko dan dampak bencana.