Desa Pulau Maringkik satu-satunya desa kepulauan yang ada di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Desa ini merupakan desa ke dua terpadat di dunia setelah Pulau Bungin yang berada di Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat.Â
Walau terletak di tengah laut, namun masyarakat Pulau Maringkik bukanlah orang-orang yang buta huruf, mereka juga mengenyam pendidikan walau harus berjuang lebih di banding orang-orang yang tinggal di kota. Jangan bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di kota besar, karena mereka berbeda namun luar biasa.Â
Di suatu hari dalam kegiatan sosial saya mengunjungi Pulau Maringkik. Bersama 14 dokter dan 26 orang tenaga kesehatan lainnya serta beberapa orang kawan dari kegiatan sosial, kami berbaur dengan warga Pulau Maringkik.Â
Mereka seperti hidup tanpa beban, merasa sangat nyaman dengan kondisi mereka di sana, walau bagi kami jauh dari kata nyaman. Mereka terbiasa hidup dengan sangat sederhana, "pokok mauk mangan bae bu" (yang penting bisa makan aja bu) kata mereka saat kami tanya perasaan mereka tinggal di tengah laut.Â
Tak banyak yang mereka tuntut dari hidup mereka.. hidup sehat, bisa makan seadanya, bisa minum kopi setiap pagi, dan tidur nyenyak adalah kesempurnaan bagi mereka. Tak banyak beban, tak banyak keinginan, tak banyak ambisi, tak banyak pikiran, tetap ceria, tertawa dan bahagia.Â
Sebagian besar warga Pulau Maringkik bermata pencaharian sebagai nelayan sekaligus langsung menjualnya ke pasar. Laki-laki mencari ikan ke laut dan perempuannya menjual ikan ke pasar Tanjung Luar.Â
Ada juga yang menerima borongan ikan untuk di jual ke luar daerah. Sebagian kecil ada yang menjadi ASN, namun tentunya penempatannya berada di luar Pulau Maringkik. Karena di Pulau Maringkik tidak terdapat Instansi apapun bahkan tidak ada sekolah.Â
Yang ada hanya sebuah kantor desa dan pustu, di mana petugasnya tentu berasal dari staf Dinas Kesehatan yang di tugaskan di Pulau tersebut (bukan warga asli) kecuali Kepala Desa setempat memang harus warga setempat. Sedangkan wanita-wanitanya banyak yang bertenun (membuat kain songket).
Di Pulau ini banyak sekali kambing berkeliaran, mereka berjalan-jalan keliling kampung untuk mencari makan sendiri, karena di Pulau tersebut tidak terdapat rumput jadi kambing-kambing tersebut memakan apa saja yang bisa di makan, bahkan kambing-kambing di pulau tersebut sama dengan kambing-kambing yang hidup di Pulau Bungin, makanannya bukan lagi tumbuhan tapi semua makanan yang di makan manusia bahkan kertas, kardus dan plastik.Â
Seperti tidak percaya, tapi itu nyata dan saya menyaksikannya sendiri, herannya kambing-kambing tersebut malah gemuk dan sehat. Tidak ada kandang kambing di sana, dan bisa di bilang kambing-kambing itu adalah kambing-kambing mandiri, mencari makan sendiri dan mencari tempat tidur sendiri.Â