"Kita semua telah mengetahui kesepian yang lama, dan kita telah belajar bahwa satu-satunya solusi adalah cinta dan cinta itu datang bersama komunitas.. " - Dorothy Day
Bergabung dalam sebuah komunitas adalah hal lumrah, sah-sah saja selama tidak melanggar etika dan tidak melanggar hukum. Banyak sekali jenis komunitas yang ada saat ini, bahkan anak-anak setingkat Sekolah Dasarpun memiliki komunitas loh. Dan saya seorang ibu rumah tangga juga senang  Ikut Komunitas. Tetapi tentunya dalam pemilihan sebuah komunitas yang kita ikuti tidak asal masuk saja. Baiknya sebelum bergelut dalam dunia komunitas tersebut, pelajari dulu seluk beluknya, pikirkan baik buruknya, dampak negatifnya dan hal positif yang bisa kita ambil dari komunitas tersebut.Â
Versi saya Ikut Komunitas itu adalah cinta yang lahir dari hati. Namun bisa juga menjadi kawin paksa karena faktor pekerjaan. Seperti halnya apa yang saya alami. Ada beberapa komunitas yang saya tekuni, baik secara offline atau online. Namun kali ini saya ingin membahas komunitas offline yang saya ikuti saja, biar tulisannya tidak kepanjangan dan tidak membosankan saat di baca.Â
Komunitas karena cinta dan karena kawin paksa
Saya mengikuti komunitas yang laksana kawin paksa, mau tidak mau harus mau ikut. Semisal komunitas yang di bentuk oleh Ibu-ibu Dharmawanita, berhubung suami saya adalah seorang ASN. Dharma wanita itu sendiri adalah sebuah organisasi yang beranggotakan para istri Pegawai Negri Sipil dan PNS wanita Republik Indonesia. Tujuan utama dari pembentukan organisasi Dharma wanita tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya anggota keluarga PNS demi mencapai kesejahteraan Nasional. Pencetus Dharma wanita adalah istri Presiden ke dua RI yaitu Ibu Tien Soeharto. Kemudian dari organisasi inilah ibu-ibu atau anggota Dharma wanita yang tak lain adalah konco-konco saya membentuk lagi komunitas, yaitu komunitas memasak. Jadi kami akan melakukan pertemuan rutin setiap sebulan atau dua bulan sekali. Dalam pertemuan itu, selalu yang di lakukan adalah praktik memasak. Serru sih dan bermanfaat. Saya suka, dan menginsfirasi juga buat bekal tambahan usaha saya yang kebetulan memiliki usaha kecil di bidang kuliner.Â
Memilih Komunitas yang sesuai hoby
Selain karena komintas kawin paksa di atas yang mau tidak mau saya harus mau bergabung, saya juga mengikuti komunitas yang sesuai dengan hoby saya. Sejak kecil saya memang sangat senang berpetualang, kalau saja saya tinggal di kota besar mungkin saya bisa mengalahkan program acara si Bolang... Ups, becanda ding.
Jadi intinya saya adalah Pencinta Alam, senang mengekspresikan diri ke sungai, air terjun, pantai, laut, hutan, bukit, gunung, tebing, sawah bahkan ladang. Makanya kulit saya tidak putih mulus layaknya wanita-wanita sosialita. Risih dengan kulit hitam...? tentu tidak... karena kulit hitam saya saksi bisu cinta saya kepada alam.Â
Dan setelah duduk di bangku SMA saya masuk dalam komunitas Pencinta Alam sampai saat ini. Lama yaa... saya saja sampai lupa berapa belas tahun atau puluh tahun saya berada dalam komunitas tersebut. Banyak anggota komunitas yang sudah mundur, dan tentunya banyak anggota baru yang masih unyu-unyu... berasa jadi seniorlah ceritanya.Â
Salah satu manfaat yang bisa saya rasakan dalam komunitas pencinta alam adalah meningkatnya kesadaran untuk menjaga dan merawat alam mulai dari hal kecil hingga besar. Misalnya saja dengan memanfaatkan barang-barang yang mudah terurai secara alami dan ikut dalam kegiatan penanaman pohon. Paling suka kalau ada acara lomba yang ada hubungannya dengan alam atau kegiatan-kegiatan di alam seperti gotong royong membersihkan sampah di kawasan gunung Rinjani dan danau segara anak, atau bersepeda menyusuri pedesaan, melintasi sungai dan mendaki sampai sepedanya di angkat juga, di geret pakai tali dan... Ah serrulah pokoknya... Dan yang paling ngangenin itu adalah saat pendakian Gunung rinjani. Saya adalah salah satu anggota yang termasuk rutin dalam setiap tahun mendaki puncak Gunung Rinjani, Eiits...tapi itu waktu masih muda yaa, hampir di setiap perayaan kemerdekaan Indonesia, saya melaksanakan acara hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 di Danau Segara Anak.Â
Komunitas Pencinta Alam