Nyut-nyut-nyut gitu yaa, si gigi kalau udah mulai ngambek bikin sengsara aja. Nggak kenal siapa empunya tuh, entah anak kecil, remaja yang lagi baperan, emak-emak rempong, pejabat atau tukang parkir, sampe Presidenpun semaunya aja main serang. Ih padahal udah perawatan loh, emang menjamin kalau rajin perawatan gigi bakal aman dari serangan si enyut-enyut itu, belum tentu juga sih.Â
Pengalaman saya nih, pertama kali ke Dokter Gigi waktu masih kls satu Sekolah Dasar. Saya ingat banget nama dokternya Ibu dokter Mutiara, beliau berasal dari Sumatra Utara bersuku Batak. Wah bu Muti mah galak hahaha... itu sih pikiran sy karena suara beliau keras menggelegar, saya baru paham setelah besar kalau ternyata orang Batak itu logat bicaranya seperti itu. Dan baru tau juga kalau dulu, Ibu dokter Mutiara bukannya marah, tapi udah emang seperti itu cara bicaranya.Â
Cabut gigi pertama ke dokter, karena sebelumnya biasanya di cabutin bapak menggunakan benang ..Ups.Â
Kali ini, saya harus duduk di Dental Chair alias kursi dokter gigi, ih gemeter tau. Berasa tegang apalagi dokternya galak versi saya. Bingung campur takut, nggak kebayang mau di apain sama si dokter galak. Ini bukan kasus gigi berlubang atau gigi bergoyang, tapi gigi yang tumbuh di posisi yang salah. Kayak kehabisan tempat aja si gigi. Dalam istilah kedokteran gigi nya adalah ULKUS DECUBITUS..Kondisi ini terjadi karena adanya dorongan dari gigi dewasa terhadap ujung akar gigi susu hingga menembus ke gusi. itu bukan gigi baru yang mau tumbuh, melainkan akar gigi susu yang menembus gusi. Ulkus decubitus bila dibiarkan akan melukai bibir yang bergesekan dengan ujung akar gigi yang menembus gusi tersebut. Karena akar gigi tersebut runcing dan tajam, belum lagi sobekan pada gusinya juga bisa selalu merah dan sakit akibat radang.
Lama tak ke dokter gigi, akhirnya saya kembali ke Dental Chair lagi dan tetap tegang seperti dulu kala. Kasus yang berbeda, kali ini ada masalah gigi yang sangat mengganggu. Uch rasanya, kalau bang Magi Z bilang lebih baik sakit gigi daripada sakit hati, saya mah sakit gigi bikin sakit hati. Gigi berlubang itu menyebalkan, lubang yang semakin besar dan terus dibiarkan lama-lama akan semakin luas dan menyerang lapisan pulpa atau saraf gigi. Apabila fase ini sudah terjadi, infeksi yang menyerang gigi bisa menimbulkan rasa sakit yang parah, separah bathinku berteriak "aku nggak kuaaaat"...
Penjelasan om dokter ganteng, gigi berlubang tidak boleh dianggap sepele karena bisa berdampak pada komplikasi serius seperti infeksi dan berbagai masalah mulut dan gigi lainnya. Solusinya bisa dengan filling atau tambal gigi, memakai fluoride, atau perawatan pada saluran akar. Setelah kondisi gigi saya di amati oleh om dokter ganteng, akhirnya diskusi pengambilan tindakan dan om dokter menawarkan Filling, dan setelah saya setuju maka di lakukanlah penambalan gigi dengan proses yang lumayan memakan waktu. Om dokter membersihkan bagian gigi yang sudah rusak menggunakan bor khusus, kemudian menambal gigi berlubang dengan bahan khusus, contohnya porselen, emas, perak, atau komposit.Â
Kenapa tidak menggunakan perawatan fluoride, karena fluoride umumnya dilakukan bila lubang di gigi masih sangat kecil, atau masih dalam taraf permulaan. Cara menghilangkan sakit gigi berlubang ini dilakukan dengan menggosok fluoride berjenis cair, busa, gel, atau pernis ke gigi selama beberapa menit oleh dokter gigi. Kandungan fluoride dalam perawatan ini tentunya lebih banyak ketimbang pasta gigi biasa. Sedangkan lubang pada gigi saya sudah membesar, jadi tidak akan tuntas dengan perawatan fluoride saja.
Alhamdulillah... setelah di tambal gigi saya aman dari rasa nyilu yang sangat mengganggu. Tapi tentunya tetap dalam perawatan donk, dan ada masanya tambalan harus di ganti karena terkikis lagi.
Melansir dari Cleveland Clinic, terdapat perawatan baru yang masih dalam perkembangan sebagai cara untuk mengatasi sakit gigi berlubang. Contohnya, teknik eksperimental menggunakan cahaya neon. Teknik ini mampu mendeteksi perkembangan rongga gigi lebih ampuh ketimbang cara tradisional, seperti sinar-X atau pemeriksaan gigi biasa. Dengan kata lain, apabila sinar X atau pemeriksaan gigi lainnya belum bisa mendeteksi rongga atau risiko pembusukan gigi, teknik baru ini sudah bisa mendeteksi terlebih dahulu. Pada beberapa kasus, ketika gigi berlubang dapat dideteksi lebih awal, maka proses pembusukan gigi dapat dihentikan atau ditangani.Â
Apabila pembusukan gigi cukup parah hingga membuat gigi rapuh, maka kemungkinan dokter akan membuatkan crown (mahkota). Dokter akan memasang mahkota gigi palsu di atas gigi yang sudah rusak. Akhirnya, sebagian gigi yang rusak dikikis dan disisakan sebagian kecil sebagai tumpuan mahkota gigi palsu. Crown palsu ini bisa terbuat dari emas, porselen, resin, porselen fusi logam, ataupun bahan lainnya.
Saya kembali duduk di Dental Chair ibu dokter muda yang tak lain adalah ponakan saya sendiri. Kali ini saya sekedar scaling (membersihkan karang gigi). Scaling gigi merupakan prosedur yang dilakukan untuk membersihkan karang yang menempel di gigi maupun celah antara gusi dan gigi. Karang gigi yang dibiarkan dan tidak segera diatasi dapat menimbulkan peradangan pada jaringan gusi dan mengganggu kesehatan gigi. Bahkan, kondisi ini juga bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung. Pemeriksaan atau perawatan gigi normal saya lakukan 1 kali dalam 6 bulan, kecuali ada gangguan dadakan yang menyerang sampe syaraf kepala nyut...nyuuut...nyuut...Â