Seperti biasanya, program acara Mata Najwa yang kerap mengusung tema-tema yang “menantang” menyita pemirsa televisi Indonesia. Semalam, 7 Oktober 2015, tim kreatif mengusung tema “Para Penantang Ahok”. dari dari judulnya saja, mungkin penonton menunggu serangan “baru” apalagi dari para Penantang Ahok yang selama ini sudah banyak beredar di media cetak maupun elektronik, termasuk media sosial tentu saja, yang kebanyakan menyoroti “keras” perilaku “DKI 1” yang dianggap kontrovesial ini.
Namun ternyata episode kali ini, Najwa menggiring nara sumber untuk mendiskusikan sosok calon Gubernur yang sudah mendeklarasi diri dan dianggap sangat pantas menjadi lawan Ahok di pemilu 2017 mendatang atau nama-nama yang masih merupakan wacana dan belum menyatakan diri bersedia atau mendapat dukungan langsung secara resmi dari Partai Politik.
Bagi sebagian besar penonton, mungkin lebih tertarik ketika mengikuti jalannya diskusi pada sekmen-sekmen awal lewat pertanyaan Najwa yang khas dan suka menjebak nara sumber. Namun kali ini saya lebih menyoroti sekmen terakhir dari episode kali ini, dimana Najwa menghadirkan mereka yang mengaku sebagai aktivis dan penggagas komunitas gerakan Teman Ahok dan Lawan Ahok, Tubagus Ramadhan dan Bursah Zarnubi.
Saya tidak akan membahas pernyataan Bursah Zarnubi yang sudah bisa ditebak kemana arah pembicaraanya, yang menarik bagi saya adalah pernyataan Tubagus Ramadhan, yang mengatakan bahwa semua warga D.K.I yang hingga saat ini bersedia mengisi formulir dan menyerahkan Foto Copy KTP sebagai bentuk dukungan terhadap Ahok untuk maju menjadi calon Gubernur melalui jalur Independent Adalah “Relawan Teman Ahok”, yang artinya walaupun komunitas Teman Ahok diorganisir oleh Tubagus dan kawan-kawan (melalui pendirian posko dan kegiatanya di media sosial dan mengelola situs resmi temanahok.com), para pendukung tersebut mendapat apresiasi sebagai bagian dari komunitas Teman Ahok. Hal ini menunjukan bahwa Tubagus ingin mepersatukan berbagai komunitas yang mengaku dan mengatasnamakan diri sebagai pendukung Ahok yang memiliki semangat yang sama serta mengeliminir adanya perpecahan yang justru dapat dimanfaatkan oleh kubu lawan.
Pernyataan Tubagus ini, cukup menarik, karena diakui maupun tidak, komunitas-komunitas yang mengatasnamakan diri pendukung Ahok sepertinya “lagi galau” terhadap eksistensinya masing-masing, padahal tujuan mereka salah satunya adalah dengan memperjuangkan gerakan 1 Juta KTP Warga DKI Jakarta untuk Ahok. Seperti apa yang dituturkan Ketua Pembina DAG (Dukung Ahok Gubernur), Minhan, kepada Metrotvnews.com, 2 September 2015, yang menyatakan bahwa akan mempertimbangkan untuk menyatukan kubu dengan komunitas relawan pendukung Ahok lainnya, yakni Teman Ahok.
Lebih lanjut, Minhan mengklaim jika DAG lebih dulu berdiri dan sudah berkekuatan hukum. "Tapi kita yang paling lama, berkekuatan hukum juga punya SK Menkumham," jelas Minhan.
Selain mengaku lebih dahulu berdiri dari komunitas “Teman Ahok”, Mihanpun unjuk gigi, bahwa komunitas DAG yang berdiri tahun 2014, memiliki jasa besar, "Dulu gabung front pembela Jokowi-Ahok gitu. Waktu Ahok dilawan FPI, kita berdiri dukung Ahok," ungkapnya.
Mungkin karena semangat yang berapi-api atau entah karena galau sedang mencari-cari identitas dan eksistensinya, sehingga Ahok sendiri sempat mengeluarkan pernyataan untuk mengklarifikasi apa yang dilakukan gerakan Dukung Ahok Gubernur (DAG) pada saat car free day di Bunderan HI, Jakarta Pusat, seperti yang diberitakan, cnnindonesia.com (30/8/2015).
Sumber berita cnnindonesia.com tersebut diambil dari ciutan Ahok di akun resmi Twitter-nya, Ia mengatakan bahwa dalam acara car free day tidak boleh digunakan sebagai ajang kegiatan politik. Lebih lanjut Ahok mengatakan bahwa dirinya sangat menghargai dan berterimakasih atas dukungan yang diberikan, namun, menurutnya aturan mesti ditegakkan. Menurutnya, dirinya lebih senang kepada warga yang taat aturan meskipun warga tersebut tidak mendukung dirinya. Pernyataan ini jika diterjemahkan bebas, lebih baik kelompok ini memilih menjadi Lawan Ahok daripada mengaku-ngaku pendukung setianya namun melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
Lalu siapa yang diakui Ahok sebagai komunitas yang bakal menjadi tim sukses “resmi” yang nantinya membantu beliau dalam berbagai aktivitas dalam Pemilukada DKI Jakarta, 2017 mendatang? Terlalu terburu-buru untuk menyimpulkannya, namun sepertinya Ahok tidak memihak komunitas apapun yang mendukungnya saat apalagi untuk unjuk gigi sebagai representative dirinya atau sebagai komunitas resmi yang didukungnya. Sama seperti kedua komunitas pendukung Ahok ini, dimana terlihat “sepakat untuk tidak sepakat” atau “teman makan teman”
Sikap netral dan ketegasan Ahok namun tetap memberikan penghargaan terhadap pendukungnya, dapat didengar langsung pada sekmen terakhir program Mata Najwa, semalam. Atas tuduhan kubu Lawan Ahok bahwa gerakan Teman Ahok didanai Ahok, Tubagus mengatakan bahwa dirinya sendiri belum pernah bertemu dengan Ahok apalagi membahas dan melakukan koordinasi secara serius tentang langkah-langkah politis yang dapat diambil oleh relawan Teman Ahok. Jelas pernyataan Tubagus ini, tindak dipercaya oleh Bursah Zarnubi sebagai kubu Lawan Ahok, beliau meragukan hal tersebut, Namun Tubagus bersikukuh bahwa Teman Ahok adalah gerakan sukarela dan murni tanpa ada hubungan koordinasi atau perlakuan istimewa dengan Ahok sendiri, apalagi didanai. Lalu darimana pendanaannya, sehingga memiliki beberapa posko yang aktif? Hanya mereka yang tahu.