Mohon tunggu...
Marley Bob
Marley Bob Mohon Tunggu... lainnya -

kopi, reggae, hutan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Benar Bung, Tanah dan Batu kita sangat Subur

1 Februari 2014   02:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Luar biasa! kalimat itu yang terlontar dalam hati ku karena melihat takjub bertaburan bibit-bibit pohon mangga yang tertanam disudut-sudut halaman belakang dan muka tempat kami berkumpul. Bagaimana mungkin pohon-pohon ini bisa tumbuh? padahal tak ada yang menyemainya, apalagi merawatnya, dan tanah tempat kami berkumpul bukan tanah humus justeru sebaliknya terdapat banyak bebatuan.

Yang aku ingat, sehabis kami makan buah mangga hasil panen dihalaman muka rumah tempat kami berkumpul, biji-biji mangga tersebut kami campakan sesuka hati disetiap pekarangan rumah. Peristiwa itu terjadi sekitar enam bulan yang lalu. Alhasil, biji-biji tersebut pecah dan mengeluarkan bibit-bibit baru.

Karena rasa takjub bercampur senang, ku suruh teman-temanku membeli polibek dan tanah humus.

"Bibit-bibit pohon mangga tersebut harus segera diselamatkan karena mereka tumbuh berhimpitan," Pikir ku.

Luarbiasa! sembari memindahkan bibit-bibit tersebut kedalam polibek aku berpikir ternyata di negeri Indonesia tak perlu heboh program-program penyelamatan lingkungan ataupun hutan dengan penanaman pohon yang menghabiskan miliaran rupiah dan hasilnya entah apa? nol besar mungkin?

Anda cukup membuang biji-biji buah yang anda makan ketanah lalu biarkan selebihnya alam yang memprosesnya. Langkah selanjutnya yang ada lakukan cukup amankan wilayah tanah tersebut dari kerakusan manusia sehingga tanah tersebut tetap menjadi tanah yang memproduksi.

Aku mulai menghitung, ada seratusan lebih sudah bibit pohon mangga yang kami pindah ke polibek. Tinggal menyiapkan nutrisi organik bagi bibit-bibit tersebut sehingga bisa tumbuh sehat dan menghasilkan, sambil berpikir kemana semua nanti bibit-bibit tersebut ditanam?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun