Ghumay dan kesehariannya
Tak ada yang spesial dalam hari-hari ghumay, hidup di kota bandung sebagai anak kost, sambil kuliah ghumay mencari sampingan sebagai penulis lepas di sebuah majalah remaja untuk membayar uang kuliah dan uang kost. Dalam percintaannya ghumay selalu gagal karena selalu di tinggalkan oleh wanita yang hanya memanfaatkan kebaikan ghumay saja. Tak ada yang istimewa dalam percintaannya kecuali kasih sayang teman dan orang tuannya di kampung sana.
Hari itu ghumay tidak masuk kuliah dikarenakan ia harus menyelesaikan tulisannya untuk media tempat ia bekerja, karena esok adalah deatline yang di berikan oleh redaktur.
Saat itu ciko dan dodo hanya berdua saja di kampus, mereka terlihat sedang beristirahat di taman dengan candaan dodo yang selalu membuat ciko tertawa.
“ko, sepi juga yah ga ada si ghumay?” kata dodo sambil mengaruk-garuk kepalanya.
“ iya ya, apa kita ke kosannya aja”
“ tapi mungkin dia sore nanti main kebukit itu ko”
“ wah, benar juga kau, dia kan senang sekali menghabiskan waktu di bukit itu”
“ apa kita susul kesana?”
“ tak usah lah, aku tak ada duit untuk ongkos, mamak ku belum mengirim duit untukku”
Akhirnya dodo dan ciko batal pergi ke bukit, ketika mereka sedang bercanda di taman, terlihat senja dan kawan-kawannya itu sedang berjalan menuju kelas mereka.
“ ko. . .ko, itu kan cewe yang galak waktu itu”
“ iya do, benar, itu si jutek dengan temannya”
“ iya, tapi ko, aku suka sama teman si jutek itu”
“ wah, aku juga suka sama kawannya itu do”
“aduh gagal kita dapet cewe ko, gara-gara si ghumay berkelahi kemarin dengan cewe jutek itu”
Senja yang melihat dodo hanya bersama ciko saja, membuatnya bertanya-tanya dalam hati, mengapa ghumay tidak kuliah, padahal dia baru saja bersama ghumay kemarin ketika libur kuliah, banyak pertanyaan tentang ghumay di kepala senja, mengapa ghumay tidak kuliah.
Ghumay yang sedang menyelesaikan tulisannya di kosannya itu meresa tidak konsen dengan tulisannya karen selalu terbayang wajah, senyum, serta raut wajah senja ketika sedang marah, ghumay merasa ada yang aneh dengan perasaan dan pikirinnya yang selalu mengingat senja.
Entah apa yang di rasakan oleh dirinya, ghumay pun tak mengerti dan ia pun berkonsentrasi untuk melanjutkan tulisannya hingga sore dan selesai, tapi ghumay melewatkan keindahan lembayung untuk sore ini karena dia harus mengantarkan tulisan itu ke kantor majalah tempat ia bekerja.
Malammnya ketika ghumay sedang bingung dengan perasaannya, dia tak sadar menulis beberapa puisi pada beberapa lembar kertas.
Salah satu tulisan itu tertuju pada senja,
“Tentang Dia Yang Tak Terduga”
Bertemu dengan ketidak sengajaan
Tentu bukan rekayasa
Karena mawar hanya berteman dengan lebah
Dan lalat hanya berkawan kotoran
Tentu itu tak mungkin
Jika lalat ada bersama mawar
Di pertemukan dengan waktu, bersapa dengan emosi
Sama seperti jingga di waktu senja
Hanya di pertemukan dengan waktu
Tulisan itu di tulis oleh ghumay secara tidak sadar, seperti tangannya merangkai tulisan dengan sendirinya, dan lembaran kertas itu menerima tulisan dengan pasrah tanpa ada kuasa untuk menolaknya.
Ketika ghumay tak sadar menulis itu, ciko dan dodo datang dan gumay kaget,saat melihat apa yang dia tulis dan dia sendiri merasa kaget dengan tulisannya lalu di sembunyikannya tulisan itu di laci meja.
“Kemana saja kamu ghum, tadi gak pergi ke kampus?” tanya dodo kepada ghumay
“iya kau ini, tadi kita lihat si jutek di kampus”
“ gara-gara kamu kita jadi ga bisa deketin temenya si jutek yang cantik itu”
“apa sih lu berdua, dari tadi ngemongin jutak-jutek, siapa sih yang lu maksud”
“ ah, masa kau tak tau, itu cewe yang tempo hari berkelahi adu mulut dengan kau”
“ ohhhhh itu, terus gimana, si jutek nanyain gw ga,?”
“ nanyain apa, wong kamu sama dia saja bertemu pas sedang berkelahi”
“iya nih, bagaimana kau ni ghum”
“ wah jangan-jangan kamu suka ya sama si jutek”
“ namanya bukan jutek dodol, tapi senja.!”
“ nah. . .nah, kau tau dari mana nama si jutek itu, jangan-jangan kau sudah pacaran dengan dia,?”
Ciko dan dodo pun tertawa lepas meldek ghumay, melihat ciko dan dodo seperti itu ghumay langsung mengalihkan pembicaraan karena jika mereka tau bahwa ghumay pernah pergi ke bukit berdua maka dodo dan ciko akan meledeknya, jadi ghumay memilih untuk menghindar untuk sementara.
Keesokan harinya ghumay pun kembali ke kampus bersama dodo dan ciko, saat itu ghumay hanya sebentar di kampus, karena ghumay harus bersiap-siap untuk mengisi acara di salah satu cafe yang memintanya untuk akustikan. Ghumay berniat mengundang senja hadir di cafe itu untuk melihatnya mengisi acara, namun rasa malu ghumay terlampau besar apalagi jika ciko dan dodo mengetahui ghumay mengundang senja.
Ketika fajar telah menghilang dan gelap malam pun datang, ghumay, dodo dan ciko pergi ke cafe itu dan ternyata cafe itu adalah tempat favorit senja bersama kawan-kawannya menghabiskan malam.
Malam itu di dalam cafe ghumay sudah menyanyikan beberapa lagu dan ketika lagu terakhir dinyanyikan ternyata senja dan kawan-kawannya secara kebetulan datang kesana.
Dodo dan ciko yang sedang duduk di bangku cafe itu pun kaget dan menyembunyikan wajahnya agar tidak terlihat senja dan kawan-kawannya.
ko. . .ko, woi ciko
apa sih kau jawir!”
“itu lihat siapa yang datang”
“ mana sih mana, waduh itu kan si jutek dan kawan-kawannya, ngapain mereka kesini”
“ Mana aku tau.!”
Senja dan kawan-kawannya langsung duduk di bangku belakang yang masih kosong, saat ghumay ingin memetik gitarnya dia melihat senja sedang duduk lalu ghumay menatap sebentar ke arah senja, dan senja pun melihat ternyata yang mengisi acara di cafe itu adalah ghumay.
“ eh senja, kenapa lo bengong begitu” kata santi sambil menepuk pundak senja.
“ iya, liatain apa sih lo ja”
“ aduh, itu kan si tengil”
“ mana sih may mana maya??”
“ itu ti, yang ngisi acara di panggung”
“ emmh, iya pantes dia bengong”
“ namanya ghumay.!”
“ nah, lo ko tau ja, emhh. . .jangan-jangan”
“ udah deh ga usah gossip”
“ jadi gimana dong??”
“ udah yu kita pulang aja” kata senja yang ingin berdiri namun di tahan oleh maya dan santi.
“ eh. . .jangan ja, sayangkan kita udah datang”
“ iya nih ja, udah cuekin aja”
Setelah itu ghumay memetik gitarnya dan menyanyikan lagu itu sambil matanya terus menatap ke arah senja dengan penuh arti, senja pun terlihat salah tingkah, kadang iya menunduk , kadang ia memalingkan wajahnya, tapi akhirnya senja pun terpaku pada ghumay dan terus memperhatikan ghumay, sedangkan dodo dan ciko menengok ke arah maya dan santi sambil melambaikan tangan serta memainkan kedipan mata sambil memberi ciuman dari jauh, melihat dodo dan ciko seperti itu, maya serta santi merasa kesal, wajah mereka seolah menolak dan malah meledek dodo dan ciko.
Alunan musik ghumay terus terdengar dan senja masih saja menatapnya dan mendengarkan kata-demi kata setiap lirik yang di nyanyikan oleh ghumay.
“Berdua di atas bukit”
Ketika hari mulai senja
Terhampar lembayung di angkasa
Duduk berdua dengan gadis
Menggantungkan asa pada senja
Semoga ada kenyataan yang dapat di jalankan berdua
Semoga ada keindahan di dalam hidupnya seperti indahnya jingga di saat senja.
Mendengar lirik seperti itu senja teringat kejadian waktu itu di atas bukit sana ketika dia bersama ghumay, setelah lagu itu selesai di nyanyikan oleh ghumay, senja pun bertepuk tangan dan tersenyum lalu menunduk dan seketika meninggalkan kursi tempat dia duduk untuk menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi itu, di hadapan kaca senja menunduk dan bertanya-tanya pada hatinya mengapa dia bergetar saat mendengarkan suara ghumay dan nadi nya seakan berdenyut lebih cepat seperti biasanya.
Ghumay yang sudah selesai mengisi acara itu langsung menghampiri ciko dan dodo, lalu mereka bercanda-canda dan tertawa.
Setelah beberapa menit senja ke kamar mandi, dia tak kunjung datang menghampiri temannya, lalu ada seorang wanita pengunjung cafe itu berteriak sambil berlari meminta pertolongan, dan berteriak-teriak, “tolong. . .tolong, itu ada yang pingsan di kamar mandi”. Kata pengunjung cafe yang melihat senja sudah terkapar dilantai
“ ada apa tuh ti?”
“ ga tau gw juga may”
“ coba yu kita liat, si senja juga kan ada di kamar mandi”
“ iya yu, kita liat!”
Lalu maya dan santi pun pergi ke kamar mandi bersama orang-orang yang sedang berada di cafe pada saat itu. Ghumay , ciko dan dodo yang duduk di bangku sana pun terlihat heran, ada apa dan mengapa orang-orang berlarian ke arah kamar mandi.
“ ada apa ya, itu coba kau lihat do banyak orang yang berlari ke kamar mandi” tanya ciko dengan raut wajah kebingungan.
“mungkin mereka mau ke kamar mandi berjamaah ko.!” Jawab dodo dengan wajah polos nya.
“ ah gila lu do, ada-ada aja,!”
“coba yu ghum kita liat”
“ayu ko. . .”
“ehh. . .eh aku ikut .!”
Kemudian ghumay, dodo dan ciko pun berlari menuju kamar mandi melihat kerumunan orang berkumpul disana.
Maya dan santi yang sudah terlebih dahulu menuju ke kamar mandi kaget ternyata yang pingsan itu adalah senja, senja terkapar di kamar mandi, melihat senja pingsan maya dan santi panik dan berteriak-teriak, “itu teman kita, tolongin bawa ke mobil dong, kita mau bawa dia ke rumah sakit”
Ghumay, ciko dan dodo yang datang ternyata melihat yang pingsan adalah senja mereka pun kaget.
“ wahh ternyata si jutek yang pingsan”
“ iya do, itu si jutek, kenapa ya dia”
“ awas. . .awas minggir, ayo kita bawa kerumah sakit!” kata ghumay sambil menerobos kerumunan.
Melihat senja yang pingsan, ghumay langsung menerobos orang-orang yang berkumpul itu dan kemudian tanpa banyak bicara dia mengangkat senja dan membawanya kedalam mobil maya.
Selanjutnya mereka pergi ke rumah sakit dan ghumay yang membawa mobil itu sedangkan maya duduk di belakang dan santi duduk di depan di dekat ghumay. Santi melihat wajah ghumay begitu sangat paniknya merasa aneh, bukankah ghumay dan senja itu bermusuhan tapi mengapa melihat senja pingsan seperti ini ghumay seakan sangat khawatir dan tiba-tiba peduli dengan senja.
Sesampainya di rumah sakit, suster rumah sakit langsung membawa senja ke ruang UGD menggunakan tempat tidur dorong di rumah sakit, ghumay, maya , dan santi hanya diam dan menunggu senja keluar dari ruang UGD, lalu terlihat ciko dan dodo datang ke rumah sakit
“ gimana keadaannya ghum? Tanya dodo dengan nafas masih terengah-engah
“iya ghum gimana keadaan si jutek” tanya ciko yang kelepasan menyebut kata jutek.
“ eh, kamu itu”
“ upsss, sory aku lupa.!”
“ gw juga ga tau, dia masih di ugd”
“ mudah-mudahan dia gak apa-apa yah”
“ amin, oiya do, ko, gitar gw kalian bawa ga?”
“ aduh, aku lupa, masih tertinggal di kursi cafe sama handpone kamu”
“ aduh jawir, macamana pulak kau tu”
“ Yaudah gw minta tolong kalian ambil balik ya, terus kalian langsung ke kosan gw aya, kunci kamarnya ada di rak sepatu, nanti gw nyusul”
Setelah itu ciko dan dodo pun pergi meninggalkan rumah sakit dan kembali ke cafe untuk mengambil gitar dan hanphone milik ghumay.
Ghumay yang masih di rumah sakit bersama maya dan santi, mereka akhirnya cair dengan suasana yang bermula mereka hanya diam tak berbicara, akhirnya mereka berkenalan.
“ eh lo,. . .” sapa maya kepada ghumay dengan nada gemetar.
“ siapa, gw??”
“ iya elo, makasih ya”
“ iya sama-sama”
“ oia kita belum kenal, siapa nama lo??”
“ nama gw ghumay, panggil aja ghum”
“ gw santi”
“ gw maya”
“ oia, sekali lagi makasih ya, lo udah nganterin kita kerumah sakit”
“ iya sama-sama, santai aja”
Melihat dokter itu keluar dari ruang ugd, dan dokter mengatakan bahwa senja hanya kecapean dan dokter ingin bicara dengan keluarga senja. Santi dan maya pun bingung karena mereka belum memberitau keluarga senja kalau senja masuk rumah sakit karena hand phone maya dan santi mati habis batrai.
“ ti, hp lo nyala ga?”
“ hp gw juga mati, lupa ngecash”
“ jadi gimana dong, dokter pengen ketemu keluarga senja tuh”
“ kalian pergi aja ke rumahnya, biar gw yang nungguin dia sementara disini”
“ ah yang bener nih, kita ngerepotin ga?”
“ iya nih ghum, bener gpp??”
“ iya gpp, yaudah kalian cepet ke rumahnya keburu kemaleman”
Saat santi dan maya ingin pergi ke rumah senja, senja pun didorong menggunakan tempat tidur rumah sakit oleh suster, sesaat sebelum meninggalkan senja, santi dan maya memegang tangan senja dan mencium keningnya. Kemudian mereka berdua pergi meninggalkan rumah sakit untuk mengabari keluarga senja.
Sesampainya mereka di rumah senja, ibunda senja kaget dan langsung menuju rumah sakit bersama kak tasya , maya dan santi. Di dalam mobil ibunda senja dan kakanya merasa khawatir
“ emhh itu anak di bilang jangan cape-cape” kata tasya dengan raut wajah sangat cemas.
“ iya sya, mamah juga sering bilang, obat itu harus di bawa terus”
“ iya bund, tapi tadi aku lihat dia gak bawa obatnya”
“ emang kalo boleh santi tau senja sakit apa tante” kata santi yang memotong pembicaraan kak tasya dan bunda senja.
“ iya tante, senja sakit apa sih sampe harus selalu bawa obat”
Ibunda senja hanya bisa diam dan mengeluarkan air mata, dan kak tasya pun memegangi pundak ibundanya, melihat ibunda senja menangis, santi dan maya merasa bersalah karena menanyakan penyakit senja.
“ senja tuh mengidap penyakit kanker otak” kata kak tasya yang masih memeluk bundanya.
“ hah??” maya dan santi pun kaget.
“ ko bisa ka? Padahal dia keliatan sehat”
“ iya, karena senja tak mau di kasihani, dia ingin orang-orang yang sayang kepadanya itu tulus tanpa harus kasihan kepadanya”
“sebenernya senja udah lama punya penyakit itu, sejak dia smu dan sekarang kanker itu sudah mencapai stadium akhir, makanya dia sering sakit kepala dan pingsan”
Maya dan santi masih dalam perjalanan menuju kembali ke rumah sakit bersama ibunda senja dan kak tasya, di rumah sakit gumay masih menemani senja di ruang rawat, di situ ghumay memperhatikan wajah senja dan duduk di samping di dekat senja. Dan ghumay kaget ketika tiba-tiba tangan senja memegang erat tangannya namun mata senja masih saja terpejam, dan ghumay tak bisa melepaskan tangannya dari genggaman senja karena takut mengganggu istirahatnya senja.
Sesampainya santi, maya, ibunda senja dan ka tasya di rumah sakit. Mereka langsung menuju kamar tempat senja di rawat. Melihat pintu kamar rumah sakit terbuka ghumay kaget karena tangannya masih saja di pegang erat oleh senja.
“ tante kenalin ini temen senja ghumay” ujar santi sambil menunjuk ke arah ghumay
“ ghumay tante :)”
“ mamahnya senja :)”
“maaf tante bukan maksud saya berniat jelek, tapi tangan senja dari tadi memegang tangan saya sambil mengigo memanggil-manggil bunda”
“ iya gpp, makasih ya kamu sudah menjaga senja”
“ iya tante sama-sama, kalo begitu saya pamit dulu ya tante”
Ghumay pun perlahan melepaskan tangannya dari tangan senja, dan bersiap meninggalkan rumah sakit. Lalu ghumay pun berpamitan kepada semuanya. Ghumay keluar kamar dan meninggalkan rumah sakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H