Pertemuan Senja dan Ghumay
Sore itu di dalam kampus, senja berjalan bersama kawan-kawannya meninggalkan ruangan kelas menuju kantin, dan ghumay yang sedang duduk di taman kampus sambil memainkan gitar dan bercanda dengan temannya.
(senja, Santi dan Maya. Mereka berjalan sambil bercanda mengenai pacar mereka masing-masing)
“ eh san, lu gimana sama si joko pacar lo itu, hahaha” (maya sambil tertawa)
“ tau ah, gw males sama dia, uda gw putusin may kemaren malem”( raut wajah yang kesal)
“Kenapa lo putusin san, hahaha, kenapa ga lo kasih si senja aja tuh si Joko”
“ehhhh, enak aja lu, emang nya gw elu may suka sama barang rejeck”
(Senja dan santi tertawa, hahahahahahahaha)
Saat mereka berjalan melewati taman, dodo melihat senja,santi dan maya sedang berjalan di belakang mereka.
“eh bro,bro. . ,” sambil dodo menepuk-nepuk kepala ciko
“apa sih lu do, emang kepala gw bedug lu pukul-pukul”
“ehhh, ya maaf ko, wong aku liat cewe mulus begitu”
“ Ehhh jawir, mana cewenya”
Saat dodo berbalik dia melihat maya yang begitu cantik melintas di hadapan matanya,
“Alamaaa, cantik kali do, napa kau tak bilang dari tadi”
“ah kamu saja yang budek, ”
“Ahhh kampret kau do” Ghumay yang asik sedang bermain gitar merasa terganggu dengan suara dodo dan ciko yang bertengkar.
“ Ehhh, lu berdua apaan si, berisik aja.”
“ itu coba kau lihat may, elok nian wanita tuh”
“ Yang mana sih,. .”
“ Itu yang di belakang kamu toh ghum.”
Ghumay pun tertawa dan berteriak,hingga suaranya terdengar oleh maya,senja dan santi.
“ hahaha, itu sih papan berjalan bero, tipis begitu, cantik apaan kaya pereman pasar gitu yang satunya, kalo yang dua sih oke, hahaha”
Mendengar perkataan Ghumay itu, senja merasa tidak suka dan marah, berjalan menuju dodo,ciko dan ghumay.
“ wah kurang ajar mereka, anak mana sih mereka, harus kita kasih pelajaran nih.” Kata senja dengan raut wajah memerah.
“udahlah ja, ga usah ngapain sih ngurusin yang begituan.” Kata maya untuk menenangkan senja
“ ga bisa gitu may, harus kita kasih pelajaran, hayu ja.” Ujar santi yang semakin membuat panas situasi.
“ sambil menepuk jidadnya, maya berkata” duh jiwa aslinya keluar ni orang berdua.”
Senja dan santi menuju dodo,ciko dan ghumay di susul di belakang oleh maya, dan dodo,ciko serta ghumay ketakutan.
“ nah lo, gw bilang juga apa, datang juga kan mereka, kau sih ghum,”
“ iya ghum, kamu sih, jadi gimana nih.”
“ udah tenang aja, biar gw yang hadapin. Haha” kata ghumay sambil tertawa meledek.
Ketika maya,santi dan senja di hadapan ciko,ghumay dan dodo, mereka langsung melontarkan ke kesalannya.
“ Ehhh, siapa tadi yang bilang kita kaya papan jalan”
“iya siapa, jangan belaga ga tau gitu deh. ”
“Bukan aku mba, si ciko kali mba” kata dodo yang gemetar ketakutan
“Mba-mba, kapan lo jadi ade gw!!. ”
“eh jawir kenapa jadi gw, bukan-bukan aku mba, mana berani aku. ”
“gw yang bilang, kenapa? ” Kata ghumay dengan menaikan kedua alisnya keatas.
“ ohh elu. .” kata senja dengan wajah marahnya.
“Udah hajar aja ja, . . ”
“Eitzz, tunggu dulu, gw bukan bilang kalian kaya papan jalan, gw Cuma bilang lo yang kaya papan jalan”
(ghumay menunjuk ke senja sambil memeperhatikan senja dari ujung kaki sampai ujung rambut.)
“ eh enak aja lu ya, ngaca dong lu”
Ghumay, ehhh bro, bro ada yang punya kaca ga, gw mau ngaca, haha
(Dodo,ciko dan ghumay tertawa)
Ehhh diem lu jangan pada bercanda, gw serius.
“serius, udah kaya dosen aja serius, haha”
“eh dodol, diem lu. . ., berani lu?? ” kata senja yang semakin marah.
“ emmhh, engga-engga Cuma bercanda ko. ”
Saat ghumay dan senja bertengkar, dodo malah asik menebar pesona kepada maya, dan mengedip-ngedipkan mata, namun maya merasa tidak suka dan wajahnya kesal sedangkan dodo masih saja mengedipkan matanya dan menebar senyum sambil merapihkan rambu,sedangkan senja masih marah terhadap ghumay.
“ awas lu ya sekali lagi, gw ga mau liat muka kalian di depan gw.” Makian senja kepada ciko,dodo dan ghumay.
“tapi aku selalu ingin melihat muka kamu, dan aku mau kamu, haha” kata dodo yang pandangannya mengarah kepada santi
“Iya mba, kita mau pdkt sama kalian semua, haha”
“ihhh apaan sih, gw udah punya pacar tau.” Kata maya dengan menaikan kedua bahunya.
“ kata bapakku, sebelum janur kuning melengkung depan gang, berarti kamu masih bisa pacaran sama salah satu di antara kita.”
“ berisik lu jawir ga usah ikut-ikutan”
“ udah yu ah, gw laper nih, ngapain sih ngeladenin mereka, udah yu ah”
( maya menarik-narik tangan santi dan senja utntuk lekas meninggalkan dodo,ciko dan ghumay)
Saat santi,maya dan senja pergi meninggalkan mereka, tetiba ghumay berteriak. Hey. . dan santi,maya serta senja pun berbalik kemudian dodo,ciko dan ghumay, memberi kissbye, dan senja,maya serta santi berteriak, ihhhh, mereka memberi kepalan tangan kepada ghumay,dodo dan ciko.
Senja dan Hobby nya
Hari ini senja tidak ada kuliah, dan senja biasanya selalu pergi kedaerah dataran tinggi untuk kesenangannya di bidang photography untuk memotret keadaan alam. Ketika pagi senja sibuk dengan hobi menggambarnya, dia duduk di halaman rumah dengan selembar kertas, ia menggambar seketsa seorang pria namun entah mengapa senja selalu terbayang wajah ghumay, padahal dia baru pertama bertemu ghumay dan di awali dengan kesan yang tidak menyenangkan, tapi entah mengapa dia terbayang wajah itu.
Ketika senja sedang menggambar sebuah sketsa wajah di halaman rumah, ternyata di ketahui oleh kakanya yang bernama tasya, tasya sebagai seorang kaka sangatlah dewasa dan berpenampilan lebih feminim.
“Haaaaayyyyyo, ngapain.!” Teriakan tasya mengagetkan senja.
“ iiih kakak apaan sih, jadi rusak kan gambar aku.” Kata senja dengan raut wajah cemberut.
“ apa sih yang kamu gambar ja, coba kaka liat.”
“ engga ah, Cuma gambar biasa kok.”
Kakak senja terus saja menggoda dan mencandai senja dan memaksa untuk melihat gambar apa yang sedang di buat senja, sambil mereka berdua bercanda mereka berebut gambar itu.
“ ja, coba dong kaka liat, sedikit aja”
“ engga ah ka, ini bukan gambar apa-apa kok.”
“ liat. .liat ah,”
“ Engga mau,. . aku bilang engga mau ih”
Setelah mereka berebut, akhirnya gambar itu pun bisa di dapat oleh tasya kaka nya senja, karena tasya tau yang di gambar oleh senja adalah seketsa wajah seorang pria, tasya pun berlari kedalam rumah sambil berteriak dan memberi tahu kan hal itu kepada sang bunda. Dan sang bunda pun tersenyum, dan memarahi tasya karena selalu saja menggoda dan mengganggu adiknya yaitu senja, senja pun senang karena sang bunda berpihak padanya dan akhirnya dia meledek tasya dengan mengolok-ngoloknya. Setelah itu senja langsung masuk ke kamar.
Setelah waktu menjelang siang, senja pun membereskan keperluanya, tas daypack untuk menaruh kamera sudah siap, kamera kesayangannya pun di masukan ke dalam tas dengan lensa-lensa andalannya, lalu dia menyiapkan tripod alat untuk menopang kamera yang selalu di bawa dan di selempangkan di badannya.
Setelah semua peralatan siap, senja pun bergegas merapihkan dirinya, dengan menggunakan pakaian yang menurutnya sangat nyaman, dengan menggunakan levis panjang, baju kaos yang di balut sweater dan topi yang tidak bisa di lupakan dalam penampilannya, lalu ia memakai sepatu kesayangannya yang berwarna putih. Saat ini sudah selesai semua, dan senja pun pamit kepada sang bunda.
“ Bun, bunda. . ., “
“ apa sih sayang, mau kemana ini anak bunda sudah cantik begini”
“ Biasa bun, menikmati dunia, hehehe”
“apa yang cantik, kaya preman pasar begini di bilang cantik.” Kata tasya yang menyambar perbincangan bunda dan senja.
“ apa sih kaka, sirik aja, huuuh, emang aku cantik ko, ya kan bun?” kata senja dengan nada manja sambil memeluk sang bunda.
“sudah-sudah, kalian ini bertengkar terus ya, anak bunda semuanya cantik ko.
“ tuh kan apa aku bilang, huuuh”
“ iya deh, anak kesayangan bunda”
“ aku pergih dulu ya bun, dadah kaka jelek aku pergi dulu”
“ iya, hati-hati ya, jangan pulang terlalu malam
“iya bundaaaaa. . ., dahhhhhhhh”
Senja pun pergi meninggalkan rumah untuk mencari kenikmatan di dunia ini dengan hobinya, menaiki transportasi umum dia pergi ke tujuannya. Namun senja tak menyangka bahwa dalam perjalanan dia akan bertemu sosok yang sangat di bencinya yaitu ghumay, di dalam bus kota yang menuju ciwidey ternyata di kursi yang hanya tinggal satu yang kosong itu sudah di duduki oleh ghumay yang membawa gitar dan dia sambil memegang selembar kertas, alangkah kagetnya senja melihat ternyata yang duduk di sampingnya adalah ghumay.
“ ehh lo lagiiii, haha” kata ghumay sambil tertawa meledek.
“ngapain lo disini, ganggu liburan gw aja” ujar senja yang kesal karena bertemu ghumay.
“eittss , kan gw yang duduk disini duluan, lo kali yang diem-diem ngikutin gw,haha, udah ngaku aja deh”
“ Gw,? Ngikutin lo? Engga banget deh, yaudah gw bisa ko berdiri atau pindah duduk ke belakang”
“ ehhh, gw Cuma bercanda ko, udah lo duduk disini aja”
“abisnya lo bikin kesel gw terus dari awal kita ketemu”
“ iya gw minta maaf deh”
Setelah itu senja pun tersenyum namun dengan wajah yang masih kesal, dan ghumay terus saja meledek senja, sampai akhirnya mereka berkenalan karena mereka belum berkenalan sebelumnya dan ghumay belum mengetahui siapa nama senja dan senja belum mengetahui siapa nama ghumay pada waktu itu. Akhirnya mereka berdua mengobrol di dalam bus tentang hobi mereka masing-masing. Karena ghumay tau senja hobi dengan photography, ghumay mengajak senja ke salah satu tempat yang cocok untuk di jadikan objek untuk senja menikmati hobinya.
Tempat itu adalah sebuah bukit kecil yang di tumbuhi sedikit rumput hijau namun pandangan kita bisa lepas melihat alam sekitar karena tak ada gedung atau bangunan tinggi yang menghalangi pandangan. Ketika sesampainya di situ yang di namai oleh ghumay adalah bukit harapan, ghumay menamai bukit itu bukit harapan karena ghumay selalu membayangkan ketika semua harapan dan mimpi-mimpinya terwujud maka senja di atas bukit itu akan pindah kedalam hidupnya, artinya ke indahan akan selalu mengikuti hari-harinya.
Senja terdiam dan duduk diatas rumput, dia terdiam beberapa menit, lalu ghumay pun duduk di sebelah senja.
“Indah bukan lembayung yang terhampar di atas sana!”
“ Sungguh indah Kuasa Tuhan.” Kata senja dengan menengadahkan wajahnya keatas langit.
“ Benar!, Maka aku menamai bukit ini bukit harapan.”
“ Apa yang kau harapkan dari bukit ini??”
“ Tentu aku mengharapkan senja itu pindah kedalam hidupku”
“ Aku mengerti, kau melihat lembayung di atas sana sama dengan kau melihat mimpimu bukan?? Jelas terlihat indah namun susah untuk kau gapai?”
“ Kau wanita yang pintar!” (sambil ghumay melihat kearah senja dan tersenyum)
Lalu ghumay bersandar di pohon sambil memetik gitar dan menyanyikan lirik tentang kehidupan, dan senja masih saja terpukau dengan jingga di atas sana, lalu lalang burung yang kembali ke sangkarnya menambah indah pemandangan di atas sana.
Lambat deti-detik berjalan langitpun menjadi abu dan kemudian hitam, di tutup dengan berhentinya petikan gitar dari ghumay.
Lalu mereka berdua pergi meninggalkan bukit itu kembali ke rumah masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H