Ley
Tentang Senja
Tentang Senja
Tentang Senja
Aku selalu menanti detik-detik itu, saat langit berubah jingga, terpancar lembayung begitu indah dan senja selalu kunikmati dengan kesendirian dan kesunyian, begitulah caraku menikmati senja. Penutup rutinitas yang selalu ku jalani dalam hari .
“Tentang Senja, Hanya waktu yang mempertemukan”
Sedikit keakrabanku dengan senja.
Aku artikan senja sebagai teman berbagiku tentang asa, karena senja tak pernah menjatuhkan tentang asa yang ada pada diriku dan seolah aku berbincang dengan senja, kau tau itu? sangat menyenangkan.!
Aku berkata pada senja, “hari ini aku lelah, hati ini terasa sakit, gelisah dan marah, entah apa yang salah dan siapa yang salah, aku sangat lelah senja”.
Senja pun tersenyum dan berkata, besok coba kau susuri kota dengan berjalan kaki.
Aku hanya terdiam, dan merenung apa maksud sang senja.
Selang beberapa menit senja pergi meninggalkanku dan kini saatnya aku menikmati waktu dengan kekasihku sang malam.
Namun saat ini aku hanya termenung dalam ruang, dan malam pun mengerti apa yang sedang ku rasakan dan malam hanya sepi menemaniku hingga mata ini terlelap dalam kelelahan.
Keesokan harinya.
Selesai semua rutinitas, aku tengadahkan pandaganku ke langit, ternyata aku telat, senja telah menungguku sejak tadi,
Dan sang senja berkata,” aku akan menemanimu menyusuri kota.
Dan aku mengarahkan pandangan ke depan dan mulai melangkah menyusuri kota.
Tak ada yang aneh yang ku lihat, seperti biasa mesin-mesin berjalan, lampu-lampu kota mulai menyala, dan lalu lalang saudaraku yang sedang mencari nafkah di jalan seperti tukang asongan, pengamen, anak jalanan, pengemis, dll.
Lama ku berjlana pandanganku tertuju ke berbagai arah, lika-liku mataku tetap memperhatikan sekitar, saat aku lihat dua orang anak kecil sedang memakan nasi bungkus satu dan dimakan berdua, aku langsung sadar apa maksud sang senja.
Ketika aku ingin mengatakan bahwa aku mengerti maksudmu senja, aku tengadahkan wajah ke langit dan ternyata sang senja sudah pergi meninggalkanku seperti biasa tanpa pamit dan menghilang.
Akupun kembali di temani kekasihku sang malam, bidadariku, dan aku berkata,” malam, kamu tau aku saat ini bahagia, dan aku akan segera tidur, datanglah kau kedalam mimpiku dan aku ingin melihat kamu nyata untukku malam”.
Saat kokok ayam terdengar dan aku terbangun aku pun melaksanakan kewajibanku di kala subuh sebagai seorang muslim, setelah itu ku buka jendela sang kabut menyapa selamat pagi kemudian berganti datang sang embun lalu tersenyum sang fajar datang dengan berkata,” jalanilah hidupmu sesuai jalanmu”. Kemudia ku jalani semua dengan niat baik dan ikhlas sampai datangnya senja.
Setelah waktu berjalan, tik. . .tik. . .tik, detik demi detik berjlan cepat kemudian menjadi menit-menit yang berjalan sedang dan berubah menjadi jam-jam yang berjalan lambat, Akhirnya sampai pada saat dimana langit mulai jingga dan aku senang bertemu senja.
Aku duduk di sebuah padang rumput di perbukitan aku begitu dekat dengan senja dan senjapun tersenyum bisu.
Dan aku berkata pada senja,” Senja aku sudah tau apa maksudmu itu menyuruhku berjalan menyusuri kota ketika hati ini lelah. Ternyata apa yang ku alami dan yang aku rasakan aku seharusnya bersyukur. Lelahku ini belum seberapa di banding mereka yang hari-harinya di jalan, dan aku sadar betapa lemahnya aku, saat ini aku ingin kuat dan menjalani apa yang sudah menjadi takdirku dan aku terima dengan ikhlas, senja aku ingin memelukmu dan meneteskan air mata ini sedikit.
Senja pun menjawab,” kau sudah mengerti dan kau menerima, tapi jangan kau teteskan air mata di depanku, cukup senyum itu sudah cukup, dan selama masih ada asa, percyalah itu akan nyata ini hanya soal waktu”.
Dan akhirnya senja pergi dengan senyum dan lembayung berubah menjadi abu dan kemudian hitam.
“Ku ucapkan puisi untukmu senja.
Kau sangatlah indah sebagai penutup hari
Lembayungmu mendamaikan jiwa
Jinggamu pancarkan pesona
Senja, dan jingga hanya waktu yangmempertemukannya.
Ku ceritakan tentang senja kepada sang malam kekasihku.”
Ketika ku tak sempat melihat senja di luar sana itu terlihat di wajahku,
Ketika sang kekasih datang dan berkata, mengapa wajahmu murung, kau tak menyukai aku hadir atau kau sudah tidak menyukai malam?” dan aku menjawab. Hari ini aku tak bertemu senja.
Dan sang malam kembali berucap,” Siapa senja, kau tak pernah bercerita padaku”.
Dan aku mulai menceritakannya, dengarkan ceritaku ini malam tentang senja.
Kau tau indahnya lembayung, jingga berada di atas awan,angin bertiup dengan lembut dan sorak soray dedaunan menyambut senja, dialah sahabatku senja.
Aku selalu bercerita tentangmu malam kepada sang senja, ku ceritakan tentangmu yang begitu mempesona dan meluluhkan hati dan pikiranku.
Senja tempat ku bercerita tentang kisah hidupku dan dia sahabatku.
Kemudian sang malam bertanya,” Kapan aku bisa bertemu senja sahabatmu itu, aku akan ucapkan terimakasih karena senja telah menjadi teman terbaik kekasihku.
Dan aku menjawab, “kau tidak akan pernah bertemu senja, karena waktumu dan waktu senja tidak bisa bersamaan, cukuplah aku yang menyampaikan salam mu untuk senja”.
Dan sang malam berkata, “aku tau dan mengerti, birlah ini menjadi satu keadaan yang bisa menyempurnakan dunia”.
aku pun tertidur dalam pangkuan kekasihku sang malam, terasa begitu lembut dia membelai rambutku mengusap usap punggungku hingga aku terlelap dalam mimpi.
Dan terimakasihku serta syukurku kepada TUHAN tentang semuanya, tengah malam ku duduk sila, ku angkat tanganku tinggi-tinggi untuk meminta,Ku tundukan wajahku dengan lemah untuk menujukan bahwa aku takpunya daya dihadapan Tuhan,dan ku ucapkan doa dan asa ku. “Tuhan Aku bersimpuh dihadapanmu untuk mengucapkan rasa syukur ku kepada Mu, saat aku lemah Kau selalu memeberikan jalan melalui caramu agar aku kuat, Saat aku sedih Kau berikan Bahagia melalui sesuatu yang tidak pernah kuduga, Dan aku mengucapkan rasa terimakasih yang sangat-sangat besar ini pada Mu Tuhan dengan kerendahan hatiku, daku akan jalani tentang takdirku dan menerima semua karena aku tak punya daya dan upaya untuk melawan semuanya, karena Kau tau apa yang terbaik bagiku. Terimakasih Tuhan”.
Sedikit Syair Kehidupan
Jalan hidup dari menangis sampai bias melompat
Sang waktu berjalan sebunyi-sembunyi
Tak sadar waktu yang lalu telah pergi
Ada yang di sesali dan di senangi
Baik-buruk atau benar-salah semua ada dalam kanvas kehidupan
Sampai saat ini lukisan kehidupan masih abstrak
Semua bentuk masih bias tercipta selagi masih ada waktu
Sampai pada saat nanti sang pemilik waktu mengambilnya
Gradasi-gradasi kehidupan penuh warna
Dinding-dinding kehidupan penuh coretan
Katanya fatamorgana tapi ini nyata
Hanya perlu sentuhan kebenaran dan kebaikan
Untuk melanjutkan syair kehidupan
Agar semua penuh arti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H