Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Buruh, Roda Penggerak Ekonomi Rakyat

1 Mei 2021   01:52 Diperbarui: 1 Mei 2021   01:53 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali lagi dengan jeritan di awal bulan

Yang disebut dengan Mey Day Internasional

Tanggal merah adalah pertanda aksi kemanusiaan

Menyuarakan aspirasi penuh penderitaan

Kami buruh!

Kami adalah roda penggerak ekonomi negara

Tetapi nasib kami selalu tertindas

Kami bahkan menjadi budak di negeri sendiri

Undang-undang cipta kerja diciptakan

Hari mulai petang tidak terpikirkan kapan kami pulang

Hingga keringat pun tidak sempat untuk kering

Dahaga pun seakan tak pernah merasakan kelegaan

Waktu menunjukkan tengah malam

Buruh mulai terlihat keluar masuk pabrik

Membersihkan badan kami sambil membasuh wajah yang kusut

Dengan mata sayup harus tetap menahan ngantuk

Waktu kerja tidak ditentukan

Kapan saja bisa terlempar dari pekerjaan

Tak tenang dan selalu dihantui PHK masal

Hak kami dibedakan dengan karyawan tetap

Cuti pun tak kami dapat

Kami melawan, nasib kami terancam, 

Kami diam dan akan semakin tertindas

Ketika demo tak ada satupun yang membela kami

Pengusaha menindas dan menjajah semua buruh

Kaum buruh sengsara hingga kini menikmati nasib yang tak datang dengan jelas

Penyelesaian tak kunjung tiba yang ada hanya derita

Buruh terus di injak-injak, hak kita tak kunjung diberikan

Wahai penguasa Negara yang terhormat

Ku mohon tolong cabut undang-udang cipta kerjamu

Undang-undangmu tak berguna bagi kami

Itu hanya sebuah alat untuk semakin menyiksa kami para buruh

Upah kami tidak sesuai dengan apa yang kami lakukan

Jam istirahat kami pun semakin berkurang

Kami bukan robot juga bukan mesin diesel

Yang secara sadis dipertontonkan dan dopertontonkan seenakmu saja

Klaster ketenagakerjaan kian membengkak

TKA dengan mudah mendapat izin

PHK secara sepihak juga sudah dimateraikan

Lalu kemana kami akan berlabuh?

Menyatakan "Buruh harus dilindungi!"

Nyatanya itu hanya sebuah omong kosong belaka

Berharap pemerintah dapat berpihak kepada kami

Menuntun jalannya keadilan dan kesejahteraan

Oleh: Markus Fernando Siahaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun