Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Santai

10 Maret 2021   03:08 Diperbarui: 10 Maret 2021   03:20 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
facebook.com/pltulampungtengah

Di dalam perjalanan hidup ini kita selalu dituntut untuk bersikap "cepat dan tepat" bahkan sampai melakukan segala sesuatu dengan terburu-buru. Mengapa terburu-buru? Sebab fokus utama berpusat pada "cepat" dan kemudian lupa dengan tuntutan "tepat". Saya sendiri sangat setuju dengan etos "cepat dan tepat", namun saya juga tidak lupa bahwa di dalam kamus besar Bahasa Indonesia masih terdapat kata "santai".

            Ya, kaum intelektual pada umumnya tidak menyukai orang-orang dengan sifat santai. Hal ini dikarenakan santai identik dengan sifat buruk lainnya seperti malas, tidak punya tujuan dalam hidup, tidak produktif, dan hanya sebagai benalu kepada orang lain. "Wow, parah ya bro". Pandangan itu bisa saja benar, namun ayolah, "don't judge a book by it's cover", siapa tau, lembarannya dari perak dan tinta yang digunakan untuk menulisnya dari emas.

            Sifat ambisius yang berlebihan adalah salah satu faktor seseorang tidak mampu bersikap santai. Padahal saat kita terlalu ambisius, ada banyak hal negatif yang bisa datang mendekat kepada kita. Baiklah, bersikap ambisius mampu menggelora semangat di dada, namun jangan sampai semangat itu bagaikan gelombang tsunami dari samudera raya yang memporakporandakan pemukiman warga. Belajar mengkontrol emosi, hidup ini sementara, ya mari kita nikmati.

            Saya jadi ingat dengan lagu yang dirilis oleh NonaRia pada tahun 2018 dengan judul "Santai". NonaRia mengajak si bapak untuk bersantai di sore hari, menikmati senja sembari melepas kacamata. NonaRia juga memastikan bahwa matahari pasti akan kembali terbit di esok hari, jadi tidak ada salahnya menunggu dalam santai. Bodoh bukan jika harus menangisi kepergian matahari di malam hari.

            Santai juga mengingatkanku kepada Bob Sadino yang begitu semangat dengan sikap santainya. Semangat namun santai? Wahhh, membingungkan yah. Tidak begitu ruwet, Bob Sadino menggunakan prinsip "Goblok Pangkal Kaya"-nya untuk meraih posisi sebagai pengusaha terbaik di Indonesia bahkan mancanegara. Berpenampilan sederhana dengan sandal jepit dan celana pendek serta kaus oblong adalah ciri khasnya saat mengikuti pertemuan penting dan memimpin seminar. Kurang santai apa lagi coba?

            Santai bukan berarti melepaskan semua tanggungjawab yang ada sembari selonjoran di kursi santai yang ada di pantai. Santai yang saya maksud adalah lebih fokus pada penikmatan proses yang ada. Buat apa memperjuangkan sebiji mutiara di dasar laut jika istana kita sudah terbuat dari emas? Logika sederhana pasti mengarahkan kita untuk memberdayakan istana ini untuk memperoleh mutiara ketimbang turun ke dasar laut.

            Sikap rakus juga mampu meniadakan ingatan kita kepada sikap santai. Padahal bersantai itu merupakan salah satu bentuk reward for self. Coba sadari, dalam satu minggu ini sudah berapa kali kita memberikan hadiah untuk diri kita sendiri? Jangan sampai tidak pernah ya. Tubuh ini juga butuh perhatian, jangan sampai kita jadikan media kerja rodi.

Biar lebih jelas begini saja, ada beberapa fungsi bersikap santai, yaitu :

  • Memberikan peluang berfikir kritis tepat tanpa penat
  • Memberikan ketenangan dalam badai topan masalah. Sebagai contoh, mengatasi kecoa di dalam kamar bisa dilakukan dengan insektisida atau membersihkan lingkungan kamar, pilihan ada di tangan kita.
  • Membuka gagasan baru dalam menggumuli satu hal.
  • Menjadikan kita pribadi yang positif thingking sehingga menjadi kesukaan banyak orang.
  • Memberikan kesempatan untuk lebih menghargai pribadi sendiri dengan apa yang ada pada diri sendiri tanpa harus mengeluh namun tetap berusaha.
  • Memberikan ketenangan dalam memfokuskan diri pada lebih dari satu titik secara bersama.
  • Sehat jasmaninya, juga rohaninya dan tentu panjang umurnya.

Bersikap bodo amat itu penting, namun pada fasenya. Orang pintar bilang hidup ini hanya kesia-siaan, oleh sebab itu jangan menyiksa diri. Tidak banyak yang pasti di dunia ini, oleh sebab itu utamakan prioritas. Mengaktualisasikan diri tanpa batas, dengan santai dalam tujuan pasti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun