Mohon tunggu...
Markus Fau
Markus Fau Mohon Tunggu... Guru - Just Markus

Untuk maju perlu berubah, namun harus selalu di evaluasi, karena tidak semua perubahan adalah baik ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Perayaan Natal yang Sesungguhnya

25 Desember 2016   21:56 Diperbarui: 26 Desember 2016   02:11 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Menjelang malam Natal, yang merupakan hari hening sebelum memasuki malam Natal 2016, walapun sudah dipersiapkan selama 4 advent dalam arti 4 minggu dalam kalender. Namun, dihari terakhir menjelang malam Natal, sebagai umat Katolik diajak untuk hening dan merenungkah makna perayaan Natal. Bagi saya selama advent sangat minim persiapan karena berbagai kesibukan kerja. Hingga malam menjelang malam Natal saya masih belum menemukan apa yang menjadi makna malam Natal bagi saya dan keluarga.

Memasuki gereja dengan hening, anak saya mulai memusatkan perhatian pada pernak-pernik Natal di dalam gereja, dan saya mulai mengarahkan perhatiannya pada kandang Natal di samping altar gereja. Dan dia mulai menanyakan apa yang ada disana, dan saya mencoba menjelaskan bahwa disana ada kandang Natal, bayi Yesus lahir disana. Kemudian anak saya yang berumur 4.5 tahun bertanya dimana dia lahir, kapan dia lahir dan keluar dari mana. Saya mencoba menjawab dan menjelaskan bahwa Yesus lahir di Betlehem. Namun anak saya semakin binggung, dan karena acara misa malam Natal akan segera dimulai maka saya memilih untuk diam dan mencoba berpikir bagaimana menjelaskan Natal buat anak saya yang berumur 2,5 tahun dan 4.5 tahun , sedangkan saya sendiri belum menemukan makna Natal tahun ini.

Keesokan harinya, 25 Desember 2016, saya mulai mencari Homili atau pesan Kotbah Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik dunia, saya mulai tersentuh bahwa Natal mengingatkan kita semua tentang kerendahan hati yang tergambar dalam kandang Natal yang hina, bukan kemewahan pernak-pernik Natal, pohon Natal, lampu-lampu, hadiah, lebih kepada kepedulian kita terhadap yang kecil, pada bayi Yesus yang lemah lembut, dan malam kudus yang menggambarkan keheningan yang membawa damai dan sukacita.

Akhir kata saya mengucapkan selamat Hari Natal, semoga Natal mampu membawa kita ke dalam damai dan sukacita melalui kerendahan hati, kelemah lembutan dan kepedulian kita terhadap mereka yang lemah miskin dan papa. Hadirkanlah Tuhan melalui doamu, Dialah yang akan menuntun dan membimbing dalam perziarahan hidup di dunia. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun