Fajar baru menyingsing, jarum jam menunjukkan pukul tujuh. Pagi itu Sari terbangun lebih awal dari hari-hari biasa. Ruang hatinya bergemuruh dengan rasa antusias. Sari dan keluarga kecilnya akan pergi berlibur ke Pantai Parangtritis, pantai dengan pasir yang hangat di balik debur ombak yang mempesona.
Sebelum memulai perjalanan, Sari tak lupa mempersiapkan segala keperluan. Ia mulai dengan menyiapkan bekal, memastikan agar semua makanan favorit keluarga terbawa. Cemilan pun tak luput dari perhatiannya, untuk menemani perjalanan panjang mereka. Dan satu hal yang tak pernah absen dalam setiap perjalanan mereka: Jamu Tolak Angin Sido Muncul. Jamu herbal berbentuk sachet praktis yang selalu ikut menemani setiap perjalanan keluarganya.
Â
Kemudian, suara anak sulung Sari, Budi, terdengar. "Mama, aku sudah siap nih," ujarnya dengan nada penuh semangat.
Anton, anak bungsu Sari, segera menimpali, "Adek juga sudah siap, emang Abang aja," katanya, dengan wajah kekanak-kanakan yang cemberut.
Setelah memastikan bahwa segala sesuatu telah siap, Sari memberi isyarat kepada mereka untuk menunggu di luar. "Iya-iya, tunggu di luar ya, mama akan segera datang," ucap Sari dengan nada lembut. Mereka langsung berlari keluar, meninggalkan Sari sendirian di rumah.
Tak lama setelah itu, suara mas Danil, suami Sari, terdengar dari luar. "Ayo-ayo Bunda, mobil sudah siap!" teriaknya, suaranya dipenuhi oleh senyuman yang bisa Sari bayangkan dari dalam rumah.Â
Sari kembali mengecek seluruh pintu rumah untuk memastikan semuanya terkunci rapat. Ia kemudian mengambil tas berisi perbekalan dan berjalan menuju mobil. Setelah semua persiapan selesai, mereka pun berangkat.
Perjalanan mereka menuju Pantai Parangtritis diisi dengan tawa dan nyanyian. Mereka menyanyikan lagu "Naik Kereta Api", sebuah lagu anak-anak yang menjadi favorit mereka. Tawa dan nyanyian mereka bercampur dengan suara angin yang berhembus melalui jendela mobil, menciptakan melodi yang hangat dan menghibur.
Selama perjalanan, Sari memanfaatkan waktu untuk mengabadikan momen-momen berharga mereka. Dengan kamera di tangan, Sari merekam pemandangan gunung yang tinggi, jalan tol yang panjang, dan perkampungan warga yang asri. Sari juga tidak lupa merekam dua anaknya, Budi dan Anton, yang duduk di belakang. Mereka tersenyum lebar saat menyadari bahwa mereka sedang direkam.
Setelah perjalanan yang melelahkan namun penuh keceriaan selama empat jam, mereka akhirnya sampai di Pantai Parangtritis. Budi dan Mas Danil langsung berlari keluar dari mobil, sedangkan Anton tampak murung dan wajahnya pucat. Sari merasa ada yang tidak beres dan memeriksa suhu tubuh Anton - ternyata dia demam.
Mas Danil kembali tampak panik dan bingung, "Waduh, apa kita pulang aja ya Bun," katanya.