Mengganti cara bertani dari penggunaan zat kimia menjadi organik lumayan sulit. Banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga sedikit minat petani yang mau beralih ke pertanian organik. Petani lebih memilih menggunakan obat-obatan kimia yang mampu menjaga kualitas buah agar terhindar dari hama dan mampu menyediakan nutrisi yang cukup bagi tanaman.
Penggunaan zat kimia pada tanaman memiliki resiko yang buruk bagi tanah dalam jangka panjang. Kualitas tanah akan terkikis menyebabkan tanah tidak subur lagi. Tanah yang tandus membuat petani enggan untuk kembali menanaminya dan memilih untuk menjualnya agar tanah yang ia miliki berguna secara finansial.
Alasan Petani Harus Menerapkan Sistem Organik
Kampanye Back to Nature
Kampanye "Back to nature" telah digalakkan dimana-mana untuk menyampaikan bahaya penggunaan zat kimia yang terkandung pada makanan. Beragam studi kasus kematian seperti stroke, kanker, dan penyakit jantung yang dikaitkan dengan konsumsi makanan yang mengandung pestisida dan herbisida telah menjadi bukti nyata akan bahaya tersebut.
Salah satu studi kasus yang paling terkenal adalah kematian orang dewasa direntang umur 20-50 tahunan akibat penyakit yang ditimbulkan makanan yang mengandung zat kimia.
Studi kasus lain menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar pestisida dalam makanan mereka berisiko lebih tinggi terkena kanker, asma, dan gangguan neurologis.
Masyarakat biasa saja bisa terpapar separah itu, lantas bagaimana dengan Petani?
Petani yang berada di kawasan pertanian lebih berisiko lagi terpapar penyakit berbahaya. Udara yang mereka hirup secara tidak langsung dan sentuhan langsung dengan zat kimia yang mengandung logam berat berbahaya seperti timbalt dan kadmium dapat menyebabkan petani terkena penyakit dalam mematikan
Hal Ini bisa menjadi masalah serius karena rata-rata petani di Indonesia tergolong keluarga pra sejahtera. Sulit bagi mereka yang sakit untuk berobat karena memerlukan biaya yang besar. Dan tentunya sulit untuk kembali bekerja karena sedang sakit. Akibatnya stigma petani menjadi buruk dan semakin sedikit orang yang tertarik berkecimpung di bidang pertanian.
Penurunan Kualitas Lingkungan
Selain dampak kesehatan, penggunaan zat kimia pada tanaman juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Pestisida dan herbisida dapat mencemari air, contoh, saluran irigasi yang biasa dimanfaatkan warga sekitar untuk mandi, mencuci, bahkan airnya diminum bisa menyebabkan keracunan. Tidak hanya manusia, organisme dan mikroorganisme yang bermanfaat menyuburkan tanah bisa ikut terbunuh, dan merusak ekosistem.
Keuntungan Pertanian Organik
Produk Organik Lebih Utama Diekspor
Menjual produk organik lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan Anorganik. Alasannya harga jual produk organik bisa dua kali lipat atau lebih jika diekspor diluar negeri terutama negara maju. Permintaan untuk produk organik lebih banyak di negara maju. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan produsen lokal mereka untuk memenuhi permintaan ini dan masyarakat negara maju lebih menghargai produk pertanian organik. Ini tentu menjadi peluang bagi petani Indonesia untuk beralih ke pertanian organik dan masuk sebagai pemain di pasar ekspor.
Pertanian Organik Lebih Bersahabat
Pertanian organik dianggap lebih bersahabat karena tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Pupuk yang digunakan dalam bertani organik terbuat dari sisa-sisa kotoran makhluk hidup dan pestisida yang digunakan adalah bahan alami seperti cairan bawang putih dan herbisida alami seperti cuka kayu yang diberikan untuk menghalau hama dan gulma yang menyerang tanaman. Pemberian bahan organik dianjurkan karena tidak mencemari lingkungan dan bersahabat bagi mikroorganisme kecil di dalam tanah.