Mungkin ada anggapan tidak makan jika tidak ada nasi yang menancap bak paku di pikiranmu. Ini sangat sulit sekali dihilangkan.
Kamu yang merasa harga beras naik pastinya akan marah dan mulai mencaci maki pemerintah bersama dengan warga lain yang merasa senasib sepenanggungan.
Lama kelamaan harga pangan yang naik membuat amarah warga memuncak dan memutuskan untuk ikut demo ke jalan memprotes harga tani yang terus naik.
Pemerintah pada akhirnya harus menurunkan harga tani dengan membanting harganya demi menciptakan suasana masyarakat yang tentram dan damai.
Tanpa kamu sadari demo yang masyarakat lakukan justru secara tidak langsung merugikan petani.
Singkatnya, jika harga beras naik, petani pasti untung sebaliknya jika harga tani rendah maka masyarakat yang untung, petani yang rugi. Kamu pasti senang jika mendengar berita harga beras turun drastis.
Dibalik itu semua, ada tangis petani yang pecah karena modal yang ia keluarkan lebih besar dari pemasukan yang ia terima. Lihat saja kemarin ada video pak tani yang membuang tomatnya begitu saja karena harganya yang sudah turun di pasar.
Hal ini menjadi alasan mengapa dapat saya katakan kita sebagai masyarakat biasa ikut bersalah dalam rendahnya kesejahteraan petani.
Namun anehnya, baik petani ataupun kita sama-sama tidak mengetahui hal ini. Padahal masalah ini sangat penting untuk diketahui bersama agar kita bisa saling memahami dan bekerja sama menciptakan lingkup pertanian yang lebih baik agar pembangunan Indonesia terus berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H