Tentu kita masih ingat akan bagaimana Marketplace di Indonesia yang suka membakar uang. Contohnya program Rakuten Super Sale yang kini sudah tidak ada 2 tahun lalu, program ongkir free dari Shopee (Yg kini harus minimal Rp70.000). Itu hanya contoh bagaimana uang dibakar demi pertumbuhan user dan loyalitas konsumen.
Memang burn money ada gunanya, tapi kadang pertumbuhan yang terjadi adalah fatamorgana. Hal ini terjadi karena mudahnya pelanggan Indonesia mendaftar akun baru, menggunakan nomor hp baru, meminjam ktp teman, dan sejenisnya. Tren itu sepertinya akan bergeser menjadi tidak sekadar burn money melainkan ke konsep bagaimana penjual ikut serta membantu promo.
Sebelumnya saya pernah menulis konsep asal, konsep yang tentunya belum matang sempurna karena perlu diuji dan didebatkan, tapi intinya adalah konsep ini untuk menghilangkan fartamorgana burn money. Untuk yang tertarik bisa baca di sini
Sebenarnya masih banyak ide tapi semua di otak saja, malas nulisnya.
Saya lanjut, Â saya beri contoh bagaimana tren akan segera beralih. Waduh diskon-diskon besar akan segera menjadi langka.....
Saya melihat selain karena konsep bagaimana penjual ikut serta, konsep cashback seperti shopback juga ikut serta berperan menyadarkan bahwa burn money harus segera diakhiri. (Saya yakin dii tiap marketplace tahu harus mempunyai exit door untuk burn money)
1. Tokopedia
- Hadirnya Toppoint adalah tanda Burn money bukan segalanya. Tokopedia memang jenius, bagi saya Tokopedia pandai dan tidak ikut2an. Coba cek di tokopedia.
- Penjualan pulsa, pembayaran PLN, pembelian token PLN dsb di Tokopedia adalah awal untuk mencari uang tambahan yang walaupun receh jika diseriusi lumayan karena semua orang membutuhkan. Promo mulai digencarkan untuk produk tersebut agar "menahan" uang hasil penjualan ditarik melainkan dibelanjakan.
- Cashback TopPoints
Penjual bisa memberikan cashback berupa toppoints ke pembeli dari 3,4, atau 5%. Mulai 16 Now 2016
2. Shopee