Dalam kesempatan ini gue akan berbagi sepenggal pengalaman kenakalan remaja sewaktu status masih pelajar. Semoga dari ketikan tangan serta dari hati ini dapat dipahami dan diterima oleh kaum pelajar kita sekarang ini agar bisa memandang lebih jauh pentingnya hidup itu masih panjang dan perlu benahi serta berpikir lebih panjang.
To the point
Jaman gue dulu sekolah (lulusan angkatan 2005), hobi ngedumel di dumay layaknya abang jago. Memaki, menjelekkan dengan bahasa keras kepada sekolah musuh via friendster. Dan gak jarang dibalas oleh siswa sekolah musuh. Semakin brutal komentar komentarnya, hingga berjalannya waktu gue mulai berpikir..percuma di dumay. Gue ajak jual beli nyali kepada sekolah musuh, one by one karna pengen tau nyali dia sejago bacotan di dumay apa kagak. Dan terjadilah dengan kesepakatan kosongan tanpa pake batangan. Itu jiwa laki.
Di hari hari berikutnya, Gue jual beli kepada orang yang punya masalah sama gue tanpa ngajak tawuran, karna ramai ramai itu banci. Sepengalaman gue, tiap janjian sama musuh dan ternyata dia bawa se-hombreng..gua selalu bilang, yang punya masalah gua sama dia, yang lain jangan ikutan. Pernah kejadian mereka ikut dan gue bonyok di keroyok.. tapi disisi lain mereka sudah nunjukin kebanciannya dan mereka MALU.
Kalaupun ada tawuran, gue di belakang duduk manis karna mulai gak niat rame rame apalagi dapat daging. Gue nyesel mending one by one dan setelahnya diakhiri Jabat tangan sebagai tanda tanpa dendam lagi. Dan berguna dilain hari karena menjadi teman. Punya teman baru di sekolah lain itu menyenangkan.
Lebih baik di segani daripada ditakuti. Semakin banyak teman, semakin bahagia hidup lo dan luas pergaulan.
Dan sejak kelas 3 gue coba berhenti yang namanya tubir dan sikap kampungan. Mulai fokus lulus dan kedepannya. Memanglah resiko di sorakin diejek alumni dan hal hal semirip itu.. demi prinsip hidup yang bener, gue duel aja sama alumni. Kenapa?? karna gue dijalan yang benar dan gak takut karna benar. Sia-sia ikut jalur yang menyesatkan, toh kedepannya sangat merugikan. Lebih baik dijauhi karna kebenaran daripada berteman dalam kemunafikan. Sekarang idup gue lebih cerah.
Dan satu lagi... kalau memang laki laki, jangan sok jagoan sama perempuan. Yang sopan dan hormatilah se-Bajingan apapun elo :)
Belaka, hoax, omong kosong atau apapun itu... Sah sah aja kalian bilang begitu karna kita belom bertatap muka dan bincang santai. Untuk nglengkapi cerita gue diatas... gue juga pernah masuk penjara karna kenakalan yang bisa dibilang jahat. Tanpa kalian ketahui, gak sedikit kok orang yang mau dengar cerita pengalaman gue yang dari nakal --> jahat --> berkarya. Disisi lain gue orang yang pernah mengisi pembicara tentang kenakalan remaja.
Bagi gue tawuran bukan budaya, diri sendiri aja yang suka cari dan membesar besarkan masalah. Baik itu siswa, kakak kelas, alumni. Kalau sudah jadi masalah, pakai cara pengecut..koar sana koar sini cari gandengan. Seorang diri cari masalah, saat masalah terjadi, gak berani hadapi sendirian smile emoticon budaya pengecut (bahasa kasarnya).
Percuma koar koar di sosial media seakan meyakinkan seorang jagoan berkelahi. Kalopun memang gitu, buktikan seorang diri bukannya bikin isu panas biar berbondong bondong. Sebagian orang berusaha merubah nasib karna sadar hidup hanya sekali... sebagian lagi menyianyiakan nyawa dengan hal yg gak bermanfaat (tawuran).
Mari meninjau kembali motivasi.. daripada nyali digunakan buat tawuran yang membawa hidup lo ke jalan gak benar, mending nyali dipakai lawan orang yang nyoba menghasut lo ke jalan yang gak benar. Takut?? karna teman dia banyak?? Takut karna dia serem?? katanya sering tawuran dan punya nyali, masa lawan orang yang mengasut ke jalan gak bener kok Takut :)
Bayangkan... seandainya ada sopir kopaja (seorang bapak), kopaja nya kalian bajak..ternyata sopir itu adalah bapaknya temen satu sekolah. Hanya orang waras akan paham bahwa temen kalian itu nangis di hati melihat rejeki bapaknya amblas karna ulah kalian. **Atau bikin sebaliknya itu bapak kalian.
Bayangkan bila di tengah situasi lo dihadapkan dengan pilihan, ketika musuh terjebak gak berdaya dan posisi lo sedang pegang alat tawuran. Apa yang akan lo lakuin? Ambil tindakan melukai hingga sekarat bahkan meninggal karena dorongan teriakan teman untuk melukainya?? setelahnya lo akan jadi buronan polisi dengan bayang bayang jeruji besi serta warga keluarga korban dan kepikiran bagaimana nasib lo berikutnya. PERCUMA.
Jangan anggap ketika di penjara trus hukuman ringan karna dikira polisi kasihan.. itu semua karna umur lo yang masih terbilang dibawah umur. Kalau umur sudah terbilang dewasa, mungkin hukuman berat!
Bayangkan lo yang berada di posisi terjebak tersungkur atau sejenisnya... penuh hujaman benda tumpul sampai tajam. Syukur syukur itupun masih bernyawa. Pikirkan orangtua bagaimana reaksinya ketika mendengar anaknya terluka? Bayangkan juga seandainya orangtua mendengar kabar anaknya sudah tidak bernyawa??
Orangtua punya keinginan derajat keluarga bisa naik, gak ingin miskin terus. Taukah kalian, orangtua banting tulang...utang sana utang sini...sampai pertaruhkan wajah dan harga diri jelek di mata orang lain demi masa depan ANAK yang kelak merubah nasib keluarga.
Pikirkan bahwa kelak lo adalah seorang pria penuh bertanggung jawab kepada istri dan anak. Sikap dan santun menentukan masa depan keluarga lo kelak. Salam
**Ambil sisi positifnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H