Bukan Joki Ilmiah, tapi Hedonisme Instan yang Akut
Ungkapan tersebut pernah saya dengar dari salah seorang kolega yang kebetulan dosen senior di salah satu kampus swasta terkenal di negeri ini. Ungkapan tersebut setidaknya membawa dua kata kunci utama, yaitu: Joki dan Hedonisme Instan.
Siapa dan apa Joki itu?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Joki bermakna orang yang mengerjakan ujian untuk orang lain dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya dan menerima imbalan uang. Selain itu Joki juga dapat diartikan sebagai penunggang kuda pacuan. Â
Sementara itu akhir- akhir ini marak istilah joki ilmiah. Jika joki artinya orang yang menyediakan jasa kepada orang lain untuk mencapai tujuan, berarti joki ilmiah adalah orang atau kelompok orang yang menyediakan jasa, menawarkan jasa, melakukan tindakan membantu orang atau kelompok orang untuk keperluan menulis karya tulis ilmiah untuk kepentingan tertentu sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak (penyedia jasa dan pengguna jasa).
Sebagai insan akademik dan ilmiah, perbuatan menjokikan artikel atau karya tulis jenis lainnya kepada orang atau pihak lain tentu merupakan sebuah tindakan tidak etis. Mengapa demikian? Logika sederhananya adalah bahwa setiap dosen bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas pendidikan (pembelajaran), penelitian dan pengebdian kepada masyarakat.
Urusan mengajar tentu tidak bisa dijokikan, namun urusan menyusun (menulis) artikel ilmiah mengapa bisa dijokikan? Menurut saya, ada beberapa alasan, yaitu: integritas dan ekspektasi. Dua hal itulah yang menjadi penyebab terjadinya perjokian karya tulis ilmiah. Siapapun yang menjokikan karya tulis ilmiahnya itu dapat diartikan sebagai menggadaikan integritasnya di tangan penyedia jasa joki. Belum lagi, ketika artikel ilmiah dipublikasikan, tentu sama artinya dengan berbohong atas apa yang diklaim sebagai miliknya, padahal itu bukan karyanya.Â
Persoalan ekspektasi setiap orang hakikatnya adalah hak asasi setiap individu. Namun, persoalannya apakah boleh memimpikan sesuatu dengan cara yang tidak etis? Jadi, perjokian itu hanya berkelindan diantara dua kata: yaitu integritas dan ekspektasi. Integritas lebih condong pada persoalan moral, namun ekspektasi lebih condong ke persoalan individual.Â
Integritas itu Soal Moral