Mohon tunggu...
Mariyatih thawil
Mariyatih thawil Mohon Tunggu... -

i like adventure

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sikap Warga Pendatang Baru terhadap Kebahasaan atau Dialek (Logat) yang Digunakan di Kota Sorong!

1 Juli 2013   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:09 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang memiliki beragam budaya dan bahasa. Indonesia memiliki letak sangat strategis dan tanah yang subur dengan kekayaan alam melimpah ruah. Pengalaman masa lampau menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang sibuk dan menjadi salah satu urat nadi perekonomian yang ada di Asia Tenggara dan dunia yang menyebabkan banyak penduduk dari negara lain datang ke Indonesia. Menurut Anthony Reid, negara Indonesia merupakan negeri di bawah angin karena pentingnya posisi Indonesia di mata dunia.

Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi berikutnya. Tanpa bahasa, kebudayaan dan sikap akan sulit diterjemahkan dan diterima oleh generasi penerus karenanya bahasa bersifat simbolis. Hal tersebut mengandung arti bahwa melalui kebahasaan kita dapat mengetahui sikap dalam suatu perkataan dapat melambangkan arti apapun, meskipun hal atau benda yang dilambang kan oleh kata tersebut tidak ada. Kebudayaan sendiri merupakan proses hasil belajar, di mana bahasa berperan vital di dalamnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa memiliki peran sebagai cara atau alat bagi orangtua dalam mewariskan kebudayaan dan bagi anak sebagai cara atau alat untuk mempelajari kebudayaan tersebut.

Kehidupan bermasyarakat tidak akan lepas dari peranan bahasa dan sikap yang digunakan oleh anggota-anggotanya. Bahasa sendiri banyak ragamnya, terkait dengan bermacam-macam kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Indonesia adalah bangsa yang kaya. Kaya akan populasi penduduk, kaya sumber daya alam, juga kaya akan berbagai macam budaya daerah termasuk unsur bahasa dan dialeg di dalamnya. Setidaknya tercatat ada 400–700 lebih bahasa daerah di Indonesia. Hal ini baru bahasa daerah saja, belum memperhitungkan ragam dialek dan tingkatan bahasa.

Kota Sorong itu dimanasih?? Dan kalian hanya tau dari tivi tentang PAPUA kalau bukan dari acara jalan-jalan petualangan, filem DENIAS, dan berita yang lebih mendapat porsi di media tentang gerakan papua merdeka, orang minta suaka ke luar negeri, dan lain sebagainya sehingga berpikir bahwa Papua identik dengan separatisme dibandingkan melihat apakah otonomi khusus yang sudah dikasih pemerintah itu efektif tidak disana, bagaimana daerah-daerah pedalaman di Papua sana, yang jarang banget diliput oleh media-media kecuali ada kasus kelaparan masyarakat. Liputan bola aja susah untuk disiarin live dari Papua sana. *kecemburuan sosial mode ON* Hebat! Semakin maju saja kota tercinta ini. Sayangnya, saya lupa bahwa seiring dengan kemajuan yang ada. Rupanya tidak berdampak pada kesejahteraan masyarakat di kota ini. Berdampak pada perilaku konsumtif masyarakat yang sadar gengsi mungkin iya. *gubraks*

Di Papua Barat, khususnya di Kota sorong kini telah di kenal di berbagai orang-orang “di Indonesia, meskipun kedengarannya aneh dari segi bahasa! oarng –orang luar khusunya yang belum pernah mendengar nama “kota Sorong” aneh terdengar di telinga mereka. Dialek masyarakat Sorong sudah familiar dengan kebahasaan orang-orang Moi karena orang Moi yang merupakan penduduk asli kota Sorong. Dimana sikap yang mereka lakukan selalu berhubungan dengan kebahasaan mereka.Lucunya, sewaktu saya pulang kampung ke Makassar khusunya di Bone tetangga-tetannga saya bertanya, bagaimana sikap dan kebahsaan masyarakat di Papua khusuny adi “Kota Sorong” saya menjawab, masyarakat di kota Sorong orang-orangnya sangat ramah dan pastinya bukan pemakan manusia seperti yang ada di pikiran mereka, Keragaman etnis yang ada di kota sorong membuat beraneka ragam bahasa dan dialek. Cuman, logat/dialek mereka agak kedengaran sedikit aneh, mereka biasa berbciara denga suara yang lantang dan keras, tetapi bukan berarti mereka marah, ya begitulah cara mereka menyapa orang, pendatang baru yang pertama kali menginjakkan kaki di Kota Sorong pasti akan merasa jengkel dalam hati mereka pasti berfikir “Orang-orang di Sorong kalau ngomong ko’pake otot, hehehe”

Di kota Sorong pendatang-pendatang yang awal menginjakkan kaki mendengar logat/dialeg yang di gunakan masyarakat sorong pada umumnya mereka tidak mengerti dalam hati mereka, mereka bertanya ngomong apa sih, begitupun sebaliknya dengan masyarakat asli di kota sorong, maka pentingnya bersosialisasi ketika dimanpun kita berada agar nantinya tidak membingungkan dengan kebahasaan yang kita gunakan. Apabila di kaitkan dengan penggunaan bahasa, maka bahasa yang di gunakan oleh masyarakat sorong dan pendatang tentu saja tergantung pada sikap kebahsaan mereka setiap hari.

Contoh penggunaan ragam bahasa informal pendatang baru di Kota Sorong. banyak istilah baru yang tidak biasa digunakan di perkenalkan oleh mereka. Contoh istilah-istilah tidak biasa tersebut di antaranya ada deh, nih ye, cewek (perempuan) atau cowok (laki-laki), lu (kamu), gue (saya), dan trendi. Ada pula istilah-istilah yang menghilangkan awalan me (N-) pada kata kerja bentuk meN (= nasal), seperti nonton, ngopi, ngapain, ngliatin, dan nabrak. Ada juga istilah-istilah yang dipakai oleh para remaja kadang-kadang tidak tahan lama dan hilang dari pemakaian, yaitu kata-kata seperti asoi, e ketemu lagi, lo kok tahu, doi (pacar), dan ga janji deh. Adapun contoh lain dimana sewaktu teman saya dari jakarta liburan ke Sorong, kebetulan bertemu dengan ank-anak kecil asli Papua lagi main bola, lucunya sewaktu dia menyapa ank tersebut” kamu mau kemana de’ terus anak tersebut menjawab ‘Sapi main bola, lalu dia bertanya ada ya sapi main bola, itulah pentinga bersosialisasi agar kebahasaan kit adapat diteriama dengan baik Lingkungan merupakan faktor penentu dalam kebiasaan hidup manusia. Manusia akan selalu beradaptasi dengan lingkungannya. Contohnya, keluarga Batak yang sudah bertahun- tahun tinggal di lingkungan kota Sorong akan menyukai masakan sorong “papeda”. Orang yang berasal dari daerah lain atau pendatang memiliki kecenderungan untuk beradaptasi yang tinggi dengan lingkungan barunya kalau ingin diterima.

Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat setempat. Dengan beradaptasi, para pendatang dapat mengidentifikasi diri sehingga mereka mampu memperlihatkan bahwa mereka sama dengan masyarakat sekitarnya khususx para pendatang yang ada di kota Sorong, yang menerima mereka sebagai masyarakat setempat. Salah satu cara untuk mengidentifikasikan diri agar diterima oleh masyarakat dimana kita tinngal, dengan mempelajari dan belajar menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-sehari terutama dalam berkomunikasi dengan mereka. Bahasapun mengalami modifikasi terutama dilakukan oleh generasi muda sehingga ada perbedaaan bahasa secara tulis dengan dialog yang dilakukan sehari-hari antarmereka. Kadangkala bahasa yang mereka gunakan hanya dimengerti oleh mereka sendiri. Masyarakat sekarang dibuat bingung dengan penggunaan bahasa yang baru mereka kenal sebagai bahasa gaul. Keberagaman bahasa semakin bertambah sehingga sampai-sampai terjadi percampuran dialek dengan bahasa gaul yang di lakukan oleh masyarakat. Hal tersebut dikatakan sebagai bahasa modern dengan tujuan untuk mempersingkat percakapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun