"Iya, itu foto Kak Reno kecil, masih ompong giginya."
      "Hahaha.."
      "Pak Reno memang udah tampan ya sedari kecil, mirip banget lagi sama kamu."
      "Iya, biar gak ada yang mengakui Kak Reno kakaknya. Terus kalau mirip yang lain berarti dia bukan kakak aku dong. Hehehe."
      "Hehehe."
      Belum lama Inka melihat isi kamarnya, Kak Reno memanggil kami untuk makan malam bersama. Jam pun sudah menunjukkan pukul delapan tepat, memang waktunya perut kami diberi asupan. Tanpa berlama-lama lagi, kami menurut perintah Kak Reno. Inka lalu membantuku mendorongkan kursi roda ke meja makan.
      Makan malam dimulai ketika kami sudah kumpul, ibu dan Kak Reno telah berada di meja makan lebih dulu dan siap menyantap makanan yang ada di hadapannya. Ibu membuka suara mengawali pembicaraan di tengah-tengah makan. Wanita itu banyak bertanya kepada Inka, salah satunya seperti ini.
      "Rena punya teman gak, sih, di sekolah? Kamu, loh, teman pertama Rena yang main ke rumah."
      Mendengar ibu berkata begitu, aku langsung membuka mulut untuk menjawab. "Punya ibu, buktinya ini lagi main."
      "Tapi, kan, sebelumnya gak ada sayang,"
      "Yang penting sekarang ada, Bu."