"Nggak, aku gak mau lihat kakak. Kakak ke luar dari sini!"
      "Rena, kakak minta maaf. Kakak tahu kakak salah."
      "Ke luar sekarang!"
      "Rena maafkan kakak, kakak tahu kakak salah."
      Napasku kembali terasa sesak, namun tidak seburuk tadi meski tanpa bantuan alat pernapasan. Dokter yang melihatku begitu menyarankan agar Kak Reno mengindahkan ucapanku.
      "Mas, sebaiknya ke luar, ya. Biarkan adiknya istirahat dulu,"
      "Tapi, Dok, saya kakaknya."
      "Iya, Mas. Untuk sekarang ini biarkan adik Mas istirahat dulu, ya?"
      Kak Reno pasrah, ia pun mengeluari ruanganku. Dokter memeriksa keadaanku dan memasangkan kembali alat bantu pernapasan ke hidungku sambil mengatakan pada diri ini bahwa semua akan baik-baik saja. Perasaanku tenang seketika.
      Tak berselang lama setelah Kak Reno pergi, ibu datang. Aku tersenyum, meskipun kesedihan masih tersimpan di dalam hati ini. Aku takut akan merepotkan wanita itu karena sekarang keadaanku berubah, tidak seperti sebelum aku mengalami kecelakaan ini.
      "Kamu baik-baik aja kan, sayang?" Ujar ibu yang sudah duduk di sampingku sambil mengusap-usap kepalaku.