"Karena kakak bukan kakak aku lagi sekarang! Kakakku bukan pembohong seperti kakak!" Akupun ikut meninggikan suara menjawabnya. Ini kali pertama aku bersikap kurang baik pada Kak Reno. Kurang ajar lebih tepatnya.
      "Kakak gak bohong, Rena. Makanya kamu dengarkan penjelasan kakak dulu,"
      "Gak ada yang perlu dijelasin, Kak. Aku kecewa sama kakak!"
      Aku kembali pergi meninggalkannya. Namun, lagi dan lagi terhenti karena ada Inka yang mencegahku. Entah darimana ia berasal, tiba-tiba dirinya sudah ada di hadapanku dan mengatakan ini..
      "Pak Reno benar, Rena. Kamu harus percaya sama kakak kamu."
      "Kamu gak usah membela Kak Reno. Aku kecewa sama kalian berdua. Mulai sekarang aku gak akan melarang kamu dekat-dekat Kak Reno, karena dia bukan kakakku lagi!"
      Akupun berlalu pergi dari Inka dan Kak Reno yang tengah berusaha menjelaskan padaku tentang apa yang kulihat kemarin, tentang mereka yang sembunyi-sembunyi pergi tanpa sepengetahuanku.
      "Rena, kamu boleh gak percaya sama Pak Reno, tapi aku bisa jelaskan ke kamu kalau kemarin memang Pak Reno ada tugas di sekolah..."
      Aku terus berjalan tanpa mengindahkan Inka yang sedang berbicara. Bagaimana aku bisa percaya, dengan Kak Reno saja aku tak percaya. Aku benar-benar kecewa pada kakakku saat ini. Ia tega membohongi adiknya sendiri. Padahal, dulu ia yang mengajarkan padaku untuk tidak boleh berbohong. Tapi, sekarang ia melakukan itu.
      Tanpa terasa air mata mengalir di pipiku. Aku tak pernah begini sebelumnya, menjadi gadis cengeng yang selalu meneteskan air mata ketika ada masalah. Sungguh ini masalah terburuk yang belum pernah aku hadapi.
      Biasanya ketika ada masalah, aku selalu cerita ke Kak Reno. Ia selalu mendengarkan curhatan adiknya ini tanpa pernah bosan. Tak tahu kenapa, aku lebih suka mengonsultasikan setiap masalah ke Kak Reno daripada ke ibu. Tapi sekarang, aku malah bermasalah dengannya.