"Karena mereka memiliki dua kakak, jadi untuk membedakan ia memanggilnya beserta nama. Kalau kamu, kan, kakaknya cuma kakak. Jadi panggil kakak aja, ya?"
"Oohh.. gitu ya, Kak?"
"Iya Rena.. coba misalkan ibu, ibu ada berapa? Satu, kan? Cocok gak memanggil ibu beserta namanya?"
"Nggak, Kak. Jadi gak sopan aku sama ibu,"
"Nah.. iya, kan? Jadi kamu panggil kakak apa?"
"Aku panggil kakak, 'kakak' aja."
"Karena..?"
"Karena kakak aku cuma kakak, jadi panggilnya 'kakak' aja."
"Pintar adik kakak," Kak Reno mengatakan itu sambil mencubit kedua pipiku dengan gemas.
Ia lalu meneruskan mengajariku naik sepeda, yang kala itu pada sore hari kami bermain bersama anak-anak lain. Mulai sejak saat itu, aku tak lagi memanggilnya dengan sebutan 'Kak Reno' hingga sekarang. Dan barusan, setelah sekian lama, aku mengulanginya lagi.
      "'Kakak' aja, Rena, jangan pakai nama!" Untuk mengingatkan adiknya, Kak Reno kembali mengatakan hal tersebut padaku. Kali ini dengan sedikit meninggikan suaranya, tidak selembut dulu.