Sedih ia lebih peduli dan perhatian kepada teman-temanku dibandingkan aku adiknya. Atau, akunya saja yang berlebihan? Kak Reno itu seorang guru, sudah pasti perhatian juga kepada teman-temanku yang merupakan muridnya. Aku harusnya bisa menerima itu, karena Kak Reno memiliki banyak adik sekarang.
Hemmmm. Sudah, lah.
      Aku memilih berdiam diri di kelas hingga waktu pulang sekolah tiba. Aku tak ingin melihat Kak Reno, kebetulan juga kelasku sedang tak ada pelajarannya. Tetapi, sepertinya Tuhan tak suka melihatku bersikap tidak baik kepada saudaraku sendiri, Ia mempertemukanku pada Kak Reno ketika hendak mengeluari gerbang sekolah.
      Kak Reno menghujaniku pertanyaan-pertanyaan yang membuat adiknya ini merasa bersalah telah menuduhnya sudah tak peduli lagi. Dengan wajah yang begitu khawatir, ia berkata..
      "Kok, kamu berangkat sekolah duluan, sih? Ibu bilang kamu belum sarapan, ya? Tadi udah sarapan belum? Terus istirahat kenapa gak keluar kelas? Kamu pasti lapar, kan, sekarang? Kita makan, yuk!"
      Hatiku yang sedang begitu marah pada Kak Reno seketika mencair, tidak lagi marah, setelah mendengar kata-kata itu dari mulutnya. Kak Reno masih peduli denganku? Atau ini hanya kepedulian sesaatnya saja? Argh. Aku bingung, tak tahu harus bagaimana. Yang jelas aku kecewa padanya.
                                                            ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H