Apa sih yang menyenangkannya punya kakak? Selain ada yang mau diajak mengobrol, ada juga yang melindungi kita, karena kakak adalah seseorang yang tulus menyayangi dan menjaga kita selain orangtua. Kakak juga tempat kita berbagi cerita, baik itu suka maupun duka, dialah pendengar yang setia setiap kali kita mencurahkan isi hati. Dialah seseorang yang selalu ada di saat kita susah maupun senang, karena dia juga adalah seseorang yang sangat berarti dalam hidup kita.
     Setiap adik pasti ingin bisa melakukan apa saja bersama kakaknya, begitu juga denganku. Tapi, sayangnya aku tidak bisa melakukan apa saja yang aku mau bersama kakakku. Aku tahu semua orang yang ada di dunia ini memang tidak selalu terlahir sempurna, pasti mereka memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Ya, begitu juga dengan kakakku. Kakak terlahir dengan kondisinya yang berbeda dari yang lain.
      Sejak lahir kedua kakinya lumpuh. Kaki yang seharusnya bisa ia gunakan untuk berjalan, tidak bisa melangkah ke manapun yang ia mau, sehingga membuat hidupnya bergantung kepada orang lain, karena ia tidak bisa melakukan banyak hal yang seharusnya ia bisa lakukan sendiri. Karena keadaannya yang seperti itulah yang menghalangiku untuk bisa melakukan semua bersamanya.
     Awalnya aku memang tidak bisa menerima keadaan kakak yang seperti itu. Bahkan, aku pernah tidak mengakuinya sebagai kakakku di depan teman-temanku, karena pada saat itu aku malu dengan mereka, malu akan kondisinya itu. Mereka mempunyai saudara, kakak atau adik yang sempurna, sedangkan aku, kakakku tidak seperti mereka yang bisa mereka banggakan.
     Namun, lambat laun aku bisa menerimannya ketika aku beranjak remaja yang pemikiranku sudah mulai dewasa. Sudah mulai mengerti apa yang belum aku mengerti sebelumnya, mengerti bagaimana menghargai perasaan orang lain, dan juga mengerti bagaimana perasaan kakakku jika dibedakan dengan yang lain karena kondisinya yang seperti itu. Sebagai adik seharusnya aku bisa membantu kakakku dalam melakukan apa yang tidak bisa dilakukannya, bukan malah menjauhkannya, bahkan malu untuk mengakuinya sebagai kakak.
     Aku masih ingat ketika dulu dia meminta bantuanku untuk mengambilkan sesuatu yang tidak bisa dia mengambilnya sendiri. Bukannya membantu, aku malah memarahinya, memaki-makinya karena sudah membuatku repot. Apa bedanya aku dengan mereka yang suka mencemooh orang yang memiliki kekurangan jika aku tidak bisa menerima keadaan kakak yang seperti itu?
     Usiaku dan kakak tidak terlalu jauh, hanya berjarak lima tahun. Dulu ketika masih kecil aku suka iri dengan yang lain, sangat iri. Pasti kalian tahu, kan, apa artinya iri? Ya, iri adalah sifat seseorang yang kurang senang melihat kelebihan yang dimiliki orang lain. Tapi iri di sini tuh berbeda, bukannya kurang senang melihat kelebihan orang lain, melainkan kurang senang jika melihat yang lain bisa bermain dengan kakaknya.
     Konyol memang, masalah main saja harus diiriin. Tapi jujur, aku benar-benar sangat iri. Mereka bisa bermain dengan kakaknya, sementara aku, kakakku berbeda dengan kakak-kakak mereka. Kakakku hanya bisa duduk di kursi roda setiap harinya dan setiap melakukan aktivitasnya. Bagaimana aku bisa bermain seperti mereka jika kakakku tidak bisa terlepas dari kursi rodanya itu?
      Pernah aku merengek-rengek untuk minta diajari naik sepeda dengannya, sepeda pemberian Ibu ketika aku berulang tahun yang kelima. Saat itu yang lain sudah pada bisa naik sepeda karena diajari oleh kakaknya. Kala itu juga aku belum mengerti keadaannya, sehingga aku tidak mempedulikan keadaannya itu. Yang ada pikiranku hanya ingin bisa naik sepeda.
     Aku hanya bisa melihat mereka bermain sepeda dari dalam rumah melalui jendela, dan aku juga cuma bisa menatap iri tawa mereka di saat mereka bermain dengan kakaknya. Tapi, setelah kupikir-pikir, buat apa harus iri, kalau aku masih bisa bermain dengannya di dalam rumah, dengan permainan yang lebih seru daripada main sepeda di luar rumah.