cinta itu tak bisa ku maknai hanya ketika senyum merekah di cerahnya wajah,
dia butuh pelengkap oleh bulir yang meluruh di ujung mata... selalu
tertuang dalam cawan yang sama senang sakit itu,
sebab keduanya adalah pelengkap
bila saat itu ku katakan cinta,
ketika senyum senyum kita bermekaran,
hanyalah keindahan semu yang ku temukan di bawah rimbun kelopaknya,
fatamorgana.
sakit, terluka lalu meluruh jatuh membasahi jalan jalan.
dan dianya tetap teguh, walau terdiam tanpa tanda.
tetap berdenyut tak peduli ribuan kali nadinya tersayat,
dan tampaklah kuasaNya,
menjadikan lembut dan tegar itu menyatu dalam satu kepingan kalbu.
lembut sebab peka terhadap semua tanda. tegar melampaui karang di samudra.
bertahan dan terdiam, apakah itu menyedihkan?,
itu keikhlasan yang dengannya barangkali Dia ridho
hanya tergapai oleh mereka yang cintanya terbit di ufuk ketulusan
sebab mengetahui Sang pemiliknya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H