Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Prabowo Subianto Mendukung Kelapa Sawit: Apa Dampak Bagi Ekosistem dan Biodiversitas Indonesia?

5 Januari 2025   17:55 Diperbarui: 5 Januari 2025   17:55 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto (Antara)

Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya kelapa sawit sebagai aset strategis bagi Indonesia, mengingat peran negara ini sebagai pemasok utama kelapa sawit dunia. Dalam pernyataannya, Prabowo meminta semua elemen pemerintah untuk menjaga dan mengembangkan perkebunan kelapa sawit, mengabaikan kekhawatiran terkait deforestasi. Pernyataan ini menimbulkan polemik di kalangan pemerhati lingkungan yang mempertanyakan dampak kelapa sawit terhadap ekosistem dan biodiversitas Indonesia.

Peran Strategis Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit adalah salah satu komoditas andalan Indonesia yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Data menunjukkan bahwa Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dengan luas lahan perkebunan sawit yang mencapai sekitar 14,6 juta hektar pada tahun 2023. Industri ini memberikan lapangan kerja bagi jutaan orang dan menghasilkan devisa yang besar.

Namun, ekspansi perkebunan sawit sering kali dikaitkan dengan deforestasi yang masif, yang menyebabkan hilangnya hutan alam dan mengancam keanekaragaman hayati.

Dampak Deforestasi dan Kehilangan Hutan

Menurut data dari Global Forest Watch, Indonesia kehilangan sekitar 9,75 juta hektar tutupan hutan primer antara tahun 2002 hingga 2020. Deforestasi ini tidak hanya mengurangi luas hutan yang berfungsi sebagai paru-paru dunia tetapi juga mengganggu habitat satwa liar, termasuk spesies yang terancam punah seperti orangutan, harimau Sumatra, dan gajah Sumatra.

Deforestasi juga berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca, mempercepat perubahan iklim, dan memperburuk bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Bisakah Kelapa Sawit Menggantikan Hutan Alam?

Pernyataan Presiden Prabowo bahwa kelapa sawit juga merupakan pohon yang menyerap karbon dioksida benar dalam konteks tertentu. Namun, penelitian menunjukkan bahwa hutan alam jauh lebih efektif dalam menyerap karbon dibandingkan dengan perkebunan monokultur seperti kelapa sawit.

Menurut sebuah studi yang diterbitkan di Nature Communications, hutan tropis menyimpan karbon hingga 37% lebih banyak dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit. Selain itu, hutan alam memiliki keanekaragaman hayati yang jauh lebih tinggi, yang tidak dapat disamai oleh perkebunan kelapa sawit.

Sikap yang Harus Diambil Pemerintah

Untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan, pemerintah perlu mengadopsi pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam pengelolaan kelapa sawit. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

1. Menghentikan ekspansi ke hutan alam: Pemerintah harus melarang pembukaan hutan primer untuk perkebunan sawit baru dan mendorong intensifikasi pertanian di lahan yang sudah ada.

2. Meningkatkan produktivitas: Dengan teknologi yang lebih baik dan praktik pertanian yang berkelanjutan, produktivitas kelapa sawit bisa ditingkatkan tanpa perlu memperluas lahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun