Pada era 1970-an dan 1980-an, banyak negara, termasuk Indonesia, menggalakkan program keluarga berencana (KB) untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Kebijakan ini dianggap penting untuk menekan angka kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup.Â
Namun kini, negara-negara seperti China dan Jepang justru kewalahan karena keberhasilan program tersebut berujung pada menurunnya angka kelahiran secara drastis.
Ironisnya, alasan ekonomi yang dahulu digunakan untuk membatasi kelahiran kini menjadi alasan untuk mendorong kelahiran.Â
Biaya membesarkan anak yang tinggi, tekanan gaya hidup modern, dan perubahan budaya menjadi penghalang bagi banyak pasangan muda untuk memiliki anak.
Indonesia: Menikmati Bonus Demografi, Tapi Sampai Kapan?
Saat ini, Indonesia masih berada dalam fase bonus demografi, yakni ketika populasi usia produktif (15--64 tahun) jauh lebih besar dibandingkan populasi non-produktif (anak-anak dan lansia). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023, sekitar 70% dari total penduduk Indonesia berada dalam usia produktif.
Namun, bonus demografi ini adalah fenomena sementara. Diperkirakan, puncak bonus demografi Indonesia akan terjadi pada 2030--2035. Setelah itu, jika tidak dikelola dengan baik, Indonesia bisa menghadapi tantangan seperti negara-negara Asia lainnya.
Faktor-faktor seperti urbanisasi, meningkatnya biaya hidup, dan prioritas pada karier bisa berdampak pada menurunnya angka kelahiran. Berdasarkan survei BKKBN, tingkat fertilitas total (TFR) Indonesia pada 2022 berada di angka 2,14, mendekati batas penggantian generasi. Jika angka ini terus menurun, Indonesia juga bisa menghadapi ancaman krisis populasi.
Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?
Agar terhindar dari krisis demografi, Indonesia perlu mengambil langkah antisipatif sejak dini. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan adalah:
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Pemerintah harus memastikan biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya terjangkau. Hal ini dapat mendorong pasangan muda untuk memiliki anak lebih banyak.