Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hari Pahlawan: Apa Relevansinya Untuk Masa Kini?

10 November 2024   10:38 Diperbarui: 10 November 2024   10:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 10 November, kita mengenang pertempuran heroik di Surabaya tahun 1945. Hari Pahlawan adalah momen sejarah yang mengingatkan kita pada semangat perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan. Namun, seiring dengan perubahan zaman, apakah peringatan ini masih relevan? Apa arti kepahlawanan di era kini?

Kemerdekaan yang Diperjuangkan dengan Darah dan Air Mata

Tidak bisa dipungkiri, kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah buah dari pengorbanan para pahlawan. Mereka berjuang dengan keberanian dan keteguhan hati, meski tahu nyawa mereka menjadi taruhannya. 

Pertempuran 10 November di Surabaya adalah salah satu perlawanan terbesar dan paling berdarah, ketika arek-arek Surabaya menghadapi pasukan Sekutu yang jauh lebih kuat demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Ini bukan sekadar sejarah; ini adalah simbol betapa besar cinta mereka terhadap tanah air, yang menjadi pondasi bagi kemerdekaan kita.


Namun, 79 tahun setelah pertempuran itu, Indonesia telah berubah. Kita tidak lagi menghadapi penjajahan fisik dari bangsa asing, tetapi apakah benar kita sudah sepenuhnya merdeka?

Penjajahan Masa Kini: Kemiskinan, Ketidakadilan, Kebodohan, dan Korupsi

Kepahlawanan di masa kini tentu berbeda dari masa lalu. Kita tidak lagi mengangkat senjata melawan kolonialisme, namun, bangsa kita masih terbelenggu oleh bentuk-bentuk penjajahan modern seperti kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, dan korupsi.

1. Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi: Meskipun ekonomi Indonesia tumbuh, ketimpangan masih menjadi masalah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 9,2% penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan, sementara kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Ini adalah bentuk "penjajahan" yang mengekang potensi rakyat Indonesia untuk maju.

2. Ketidakadilan Sosial: Ketidakadilan dalam distribusi sumber daya dan layanan publik menjadi tantangan besar bagi pemerataan kesejahteraan. Masih banyak masyarakat di pedesaan yang kesulitan mengakses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Masalah ini menjadi penjajahan baru yang menghambat kemajuan bangsa.

3. Korupsi: Korupsi adalah bentuk pengkhianatan yang paling mencolok terhadap perjuangan para pahlawan. Menurut Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih stagnan, dan bahkan menurun beberapa tahun terakhir. Korupsi merusak kepercayaan rakyat dan menghancurkan harapan mereka terhadap pemimpin yang seharusnya menjadi pelindung hak dan kesejahteraan mereka.

4. Kebodohan dan Minimnya Akses Pendidikan: Akses pendidikan yang belum merata masih menjadi hambatan besar. Di tengah perkembangan digital, angka buta huruf di beberapa wilayah masih tinggi, dan banyak anak-anak di daerah terpencil yang putus sekolah. Dengan pendidikan yang terbatas, peluang untuk meningkatkan kesejahteraan juga terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun