kucing liar, lahir dan besar di jalanan. Tidak tahu siapa ayahku, dan terus terang aku tidak peduli juga. Siapa yang sempat memikirkan hal itu saat harus fokus bertahan hidup!
Namaku Rambo Kertajaya. Aku iniSuatu hari, aku lagi asyik jalan-jalan di gang sempit dekat pasar, lalu aku melihat dua ekor kucing oranye.Â
Badannya mirip-mirip aku, sepertinya sebaya. Tanpa pikir panjang, aku pun mendekat. "Hei, kalian kelihatan asyik, mau main bareng nggak?" tanyaku.
Tak disangka, mereka langsung ramah dan malah mengajakku ke rumah mereka. Wah, rumah? Di kepalaku, "rumah" itu artinya tempat manusia.Â
Pikirku, ah, mungkin ini rumah kosong yang sering dipakai kucing liar berlindung. Tapi ternyata, aku salah besar.
Begitu sampai, aku melihat kucing-kucing lain dengan berbagai warna dan karakter. Ada kucing hitam yang tampak tua, mukanya selalu cemberut seperti sedang kena hutang.Â
Rupanya itu kucing senior di rumah ini. Terus ada kucing belang-belang yang lebih muda, tapi sibuk tidur melulu. Dan di situ juga ada manusia---si pemilik rumah!
Eh, si manusia malah mendekat, tangannya mengelus punggungku. "Wah, cantik banget kamu," katanya dengan senyum lebar.
Wah, cantik? Aku ini macho, oke? Sempat mau protes, tapi ya sudahlah, yang penting dia nggak marah karena aku datang tanpa izin.Â
Dan lebih mengejutkan lagi, rupanya aku datang di waktu yang sangat pas: waktu makan!Â
Meja makan di dapur sudah penuh dengan makanan kucing. Dengan cekatan aku langsung nimbrung. Lagi lapar-laparnya, jadi aku nggak malu-malu deh.