Contoh lain adalah Ridwan Kamil, yang terlihat mendekati Jokowi dalam upayanya mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta.Â
Tentu, Ridwan berharap dukungan Jokowi bisa memperkuat posisinya, terutama karena banyak warga Jakarta yang masih menghormati Jokowi sebagai negarawan yang berhasil membawa perubahan positif.Â
Dalam konteks Pilkada, di mana persaingan semakin ketat, dukungan dari figur berpengaruh seperti Jokowi bisa menjadi keuntungan strategis.
Masa Depan Pengaruh Jokowi: Bertindak atau Bertahan?
Menariknya, meski tak lagi menjabat, Jokowi tetap memiliki kebebasan untuk mengekspresikan pandangannya atau mendukung calon tertentu, tanpa melanggar UU Pemilu dan Pilkada.Â
Sebagai mantan presiden, Jokowi bebas melakukan aktivitas politik. Ini memberinya keleluasaan untuk menentukan sejauh mana ia akan menggunakan pengaruhnya---apakah secara aktif atau pasif hanya dengan menerima kunjungan para kandidat.
Dalam waktu dekat, kita mungkin akan melihat sejauh mana pengaruh Jokowi dapat memengaruhi hasil Pilkada di berbagai daerah.Â
Apakah para calon yang mendapat restunya akan lebih unggul? Atau, akankah partai besar seperti PDIP dan kandidat-kandidat kuat lainnya tetap mampu bersaing dengan kekuatan mereka sendiri?Â
Pengaruh Jokowi menjadi salah satu faktor yang akan menarik untuk disimak dalam peta politik Pilkada mendatang.
Pada akhirnya, kendati ia tidak lagi duduk di kursi kekuasaan, Jokowi membuktikan bahwa kekuatan dan pengaruh seorang pemimpin tidak harus hilang seiring berakhirnya jabatan resmi.Â
Jika pengaruhnya tetap kuat dan mampu memengaruhi arah politik Indonesia ke depan, ia mungkin akan dicatat sebagai salah satu mantan presiden yang tetap berdampak bahkan setelah masa tugasnya selesai.Â