Roma, kota yang sarat dengan sejarah panjang dan kekayaan budaya, umumnya kita terbayang Colosseum, Pantheon, atau Forum Romawi yang megah. Namun, siapa sangka bahwa di tengah-tengah reruntuhan Romawi kuno yang megah, ada sebuah piramida. Ya, piramida di Roma. Ini mungkin mengejutkan bagi sebagian orang, karena biasanya piramida identik dengan Mesir dan Firaun, bukan dengan Kaisar Romawi.
Ketika membayangkanMengapa Ada Piramida di Roma?Â
Piramida ini dikenal dengan nama Piramida Cestius, dan ceritanya bermula di masa Romawi kuno, sekitar abad pertama sebelum Masehi. Piramida ini bukanlah hasil dari ekspedisi besar-besaran ke Mesir atau hasil rampasan perang dari negeri Firaun. Tidak, piramida ini adalah makam seorang Romawi kaya raya bernama Gaius Cestius. Gaius Cestius adalah seorang pejabat dan politikus yang hidup pada masa Kekaisaran Romawi, dan tampaknya ia sangat terinspirasi oleh budaya Mesir, yang pada masa itu menjadi tren di kalangan elit Romawi. Setelah Mesir ditaklukkan oleh Roma pada tahun 30 SM, banyak orang Romawi yang terpesona dengan budaya Mesir, termasuk arsitektur monumental seperti piramida.
Cestius, yang ingin meninggalkan warisan monumental, memutuskan untuk membangun makamnya sendiri dalam bentuk piramida. Maka, dibangunlah piramida dengan tinggi 36 meter dan lebar dasar 30 meter, dibuat dari batu travertine dan bata, kemudian dilapisi dengan marmer putih. Bentuknya yang tajam dan garis-garis geometrisnya memberikan sentuhan yang berbeda dari bangunan Romawi lainnya yang lebih sering berbentuk melengkung dan megah.
Siapa yang Membawa Piramida Ini?Â
Meski terinspirasi oleh Mesir, piramida ini bukan dibawa dari Mesir melainkan dibangun oleh para arsitek Romawi lokal. Tidak ada catatan yang menyebutkan bahwa piramida ini dibawa atau dipindahkan dari Mesir. Pada saat itu, banyak orang Romawi yang beranggapan bahwa Mesir adalah simbol kemegahan kuno dan mistisisme, sehingga membangun sebuah piramida menjadi cara untuk memperlihatkan status sosial dan kekayaan, serta keabadian, yang memang menjadi simbol utama dari piramida Mesir.
Pesona Piramida di Tengah Tembok Kuno Yang menarik, piramida ini terletak berdampingan dengan Tembok Aurelian, salah satu benteng tua yang pernah melindungi Roma. Pemandangan ini menghadirkan kontras yang unik---piramida yang sangat asing di tengah reruntuhan tembok Romawi klasik. Saat Anda berdiri di depan piramida ini, Anda mungkin merasakan perpaduan yang aneh tapi memukau antara dua dunia yang berbeda. Seakan-akan dua peradaban raksasa, Romawi dan Mesir, saling menyapa dan berbagi tempat dalam satu bingkai sejarah yang sama.
Bayangkan berdiri di depan piramida itu, dengan marmer putihnya yang masih terlihat cemerlang, sementara di belakangnya berdiri kokoh tembok kuno yang terlihat lebih gelap dan penuh goresan waktu. Ini memberikan kesan seakan waktu berjalan lebih lambat di Roma, dengan sejarah yang begitu panjang namun masih terasa hidup hingga kini.Fungsi dan Daya Tarik Piramida Cestius Saat Ini Hari ini, Piramida Cestius tidak lagi digunakan sebagai makam pribadi, meskipun sarkofagus Cestius masih ada di dalamnya. Namun, Anda tidak bisa masuk ke dalam piramida kecuali mengikuti tur khusus yang diatur secara terbatas. Meski begitu, piramida ini tetap menjadi salah satu daya tarik wisata yang unik di Roma.
Banyak turis datang untuk melihat keunikan arsitektur ini, sebuah simbol pengaruh lintas budaya antara Roma dan Mesir kuno. Selain itu, lokasinya yang berada di dekat Protestant Cemetery atau Pemakaman Non-Katolik---tempat peristirahatan beberapa tokoh terkenal seperti penyair Inggris John Keats---menambah suasana misterius dan tenang di sekitarnya.
Pesan dan Kesan
 Sebuah Warisan yang Tak Terduga Melihat Piramida Cestius di Roma memberikan pesan kuat tentang bagaimana peradaban saling berinteraksi dan mempengaruhi. Roma, dengan segala kemegahannya, ternyata juga terpesona oleh budaya luar, seperti Mesir. Ini adalah pengingat bahwa bahkan bangsa yang begitu kuat dan mandiri seperti Romawi pun tidak lepas dari keinginan untuk mengadopsi dan mengapresiasi budaya asing. Seolah memberi pesan, bahwa peradaban besar selalu belajar dari yang lain.
Selain itu, berdiri di depan piramida ini seakan menyampaikan kesan bahwa dalam upaya manusia meninggalkan jejak di dunia, selalu ada unsur keinginan untuk menjadi abadi. Gaius Cestius ingin dikenang, dan melalui piramida ini, ia memang berhasil mencapai keabadian, setidaknya di mata para wisatawan yang berkunjung ke Roma hari ini.