Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Kesaktian Pancasila: Apa Maknanya Kini?

30 September 2024   13:12 Diperbarui: 30 September 2024   13:12 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: RRI.co.id

Setiap 1 Oktober, Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Momen ini seharusnya menjadi pengingat penting akan dasar negara kita, Pancasila, yang bukan sekadar simbol, tetapi juga pedoman hidup bangsa. Namun, jika kita melihat kenyataan hari ini, gema peringatan Hari Kesaktian Pancasila seolah mulai memudar. Banyak orang yang bahkan lupa atau tidak lagi merasakan urgensinya. Apakah Hari Kesaktian Pancasila masih relevan? Atau sudah kehilangan maknanya seiring dengan perubahan zaman?

Peringatan di Era Orde Baru: Sebuah Instrumen Politik?

Di era Orde Baru, Hari Kesaktian Pancasila diperingati dengan sangat besar. Sekolah-sekolah diwajibkan menonton film G30S/PKI, sebuah film propaganda yang memperlihatkan kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam upaya kudeta pada 30 September 1965. Narasi yang dibangun pada masa itu adalah tentang penyelamatan bangsa dari ancaman ideologi komunis, dengan Pancasila sebagai benteng terakhir yang mempertahankan keutuhan bangsa.

Peringatan tersebut tak hanya sekadar perayaan, tetapi juga alat politik bagi Soeharto dan rezimnya untuk mengukuhkan kekuasaannya. Soeharto muncul sebagai figur penyelamat bangsa, dan Pancasila dijadikan alat legitimasi politik untuk menghapuskan PKI serta memperkuat hegemoni pemerintahannya. Maka, tidak heran jika saat itu Hari Kesaktian Pancasila dirayakan besar-besaran dengan pengaruh kuat dari kekuatan militer dan propaganda negara.

Mengapa Peringatan Kini Semakin Memudar?

Setelah jatuhnya rezim Soeharto pada 1998, berbagai mitos dan narasi sejarah terkait Gerakan 30 September 1965 mulai dipertanyakan. Banyak orang mulai sadar bahwa sejarah yang dipropagandakan oleh Orde Baru tidak sepenuhnya menggambarkan kebenaran. Salah satunya adalah penyingkiran nama Soekarno sebagai sosok yang dicurigai terlibat atau setidaknya membiarkan kudeta terjadi. Padahal, Soekarno sejatinya adalah seorang proklamator dan bapak bangsa yang memiliki jasa besar dalam mendirikan negara ini.

Baru-baru ini, MPR bahkan mencabut produk hukum Orde Baru yang menyatakan Soekarno sebagai pengkhianat bangsa. Ini adalah satu contoh bagaimana narasi yang dibangun Orde Baru perlahan mulai terurai, membuka ruang untuk tafsir sejarah yang lebih objektif dan kritis.

Namun, apakah hilangnya narasi tunggal tersebut membuat Hari Kesaktian Pancasila kehilangan maknanya? Jawabannya seharusnya tidak. Meski narasi sejarah bisa berubah, nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan harus dijaga.

Ancaman Baru Terhadap Pancasila

Pancasila bukan sekadar ideologi yang digunakan untuk melawan PKI. Esensi dari Pancasila adalah fondasi utama bagi kehidupan bangsa ini. Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah nilai-nilai yang harus terus dipertahankan, terutama di tengah tantangan zaman yang kian kompleks.

Jika pada masa lalu ancaman datang dari komunisme, saat ini ancaman datang dalam bentuk lain, termasuk radikalisme, intoleransi, dan ketimpangan sosial. Tantangan-tantangan ini, meskipun berbeda bentuk, tetap menggerogoti nilai-nilai kebangsaan kita yang termaktub dalam Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun