Pertama, penting bagi kita untuk tidak terjebak dalam permainan opini dan narasi yang menyesatkan. Ketika isu-isu politik mulai dipenuhi oleh tuduhan-tuduhan tak berdasar, kita perlu lebih kritis dalam menelaah informasi. Bukan hanya menerima informasi mentah-mentah dari media sosial atau sumber yang tidak jelas, tetapi juga melakukan pengecekan fakta dan mempertimbangkan konteks yang lebih luas. Misalnya, dalam kasus Gibran dengan akun Kaskus "Fufufafa," kita perlu menilai apakah masuk akal seorang figur publik sebesar Gibran terlibat dalam skandal semacam itu, dan mengapa isu yang seharusnya dianggap remeh bisa menjadi besar.
Kedua, masa transisi ini adalah masa yang rawan bagi stabilitas politik. Di satu sisi, kita harus tetap waspada terhadap upaya-upaya yang berpotensi memecah belah bangsa. Di sisi lain, kita perlu mendukung proses transisi dengan tetap menjaga harmoni politik dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang tidak berdasar. Dalam politik, perbedaan pandangan adalah hal yang wajar, tetapi jangan sampai perbedaan ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin merusak persatuan nasional.
Terakhir, kita perlu mendukung pemerintahan dan figur-figur politik yang berkomitmen terhadap kepentingan rakyat. Jika kita terus terpecah oleh isu-isu yang dibuat oleh mereka yang memiliki agenda terselubung, maka yang dirugikan adalah masyarakat luas. Masa depan Indonesia yang lebih baik hanya bisa terwujud jika kita bersama-sama mendukung proses politik yang sehat, transparan, dan berkeadilan.
Dengan begitu, Indonesia bisa melalui masa transisi ini dengan damai, dan kita semua dapat berkontribusi pada kelangsungan stabilitas politik yang menjadi fondasi penting bagi kemajuan bangsa.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H