Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Susah Jadi Orang Tua Lebih Sulit Jadi Anak, Membangun Harmoni Keluarga

23 September 2024   10:37 Diperbarui: 23 September 2024   10:58 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tempo.co


Menjadi orang tua sering dikatakan sebagai tugas paling sulit dalam hidup. Banyak orang tua yang merasakan tanggung jawab besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mencukupi pendidikan anak, dan menjaga kestabilan emosi di rumah. Namun, di balik peran tersebut, ada satu kenyataan lain yang sering terlupakan: menjadi anak juga tak kalah sulit. Terlebih ketika anak harus menghadapi harapan, aturan, dan kadang tuntutan dari orang tua yang terkadang tidak sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

Mengapa Jadi Orang Tua Itu Sulit?

Tidak dapat dipungkiri, menjadi orang tua membawa beban tanggung jawab yang sangat besar. Orang tua harus menyediakan kebutuhan material dan emosional anak. Pendidikan, kesehatan, makanan, dan tempat tinggal adalah hal-hal mendasar yang perlu dipenuhi. Di luar itu, mereka juga harus menjadi teladan dan sumber dukungan moral bagi anak.

Tuntutan dari pekerjaan, tekanan ekonomi, dan harapan sosial kadang membuat orang tua kewalahan. Mereka mungkin menghadapi konflik batin antara ingin mendisiplinkan anak dan memberi kebebasan untuk tumbuh. Dalam situasi seperti ini, seringkali orang tua merasa serba salah. Kekhawatiran akan masa depan anak, ketakutan membuat kesalahan, dan keinginan memberikan yang terbaik dapat menambah tekanan emosional mereka.

Tapi Menjadi Anak Juga Tidak Mudah

Meski orang tua menghadapi banyak tekanan, menjadi anak dalam keluarga juga memiliki tantangan tersendiri. Anak harus menghadapi ekspektasi yang mungkin terasa sangat berat. Dalam beberapa kasus, bahkan cita-cita dan hubungan personal mereka sering diatur oleh orang tua. Banyak anak yang merasa tidak punya ruang untuk mengekspresikan diri dan harus selalu "manut" pada keinginan orang tua, tanpa ruang diskusi atau negosiasi.

Dalam banyak masyarakat, ketika terjadi konflik antara orang tua dan anak, seringkali anak yang disalahkan. Pandangan bahwa anak harus "berbakti" tanpa memperhitungkan perasaan dan keinginan mereka kerap membuat anak merasa terjebak. Ketika ini terjadi, anak-anak mungkin merasa tidak memiliki pilihan lain selain memendam perasaan mereka, yang pada akhirnya dapat berdampak pada kesehatan mental mereka.

Kenapa Hubungan Orang Tua dan Anak Bisa Menjadi Tidak Harmonis?

Hubungan orang tua dan anak yang tidak harmonis biasanya berakar dari komunikasi yang buruk. Ketika orang tua terlalu otoriter atau, sebaliknya, terlalu permisif, ketidakseimbangan dalam hubungan tersebut dapat menciptakan jarak emosional. Orang tua yang terlalu menuntut, tanpa memberikan ruang bagi anak untuk mengemukakan pendapat, dapat membuat anak merasa tidak dihargai. Di sisi lain, jika orang tua terlalu longgar, anak bisa merasa kehilangan arah dan bimbingan.

Ada juga faktor perubahan zaman. Orang tua yang tumbuh dengan nilai-nilai tradisional mungkin merasa sulit untuk memahami dunia modern yang dihadapi anak-anak mereka. Misalnya, masalah yang berkaitan dengan media sosial, tekanan sebaya (peer pressure), atau kebebasan berkarier sering kali menjadi topik yang sulit dipahami oleh generasi sebelumnya.

Bagaimana Membangun Hubungan yang Harmonis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun