3. Minimnya Kesadaran akan Keamanan Data
Kesadaran akan pentingnya keamanan data juga masih rendah, baik di kalangan pemerintah maupun masyarakat umum. Hal ini terbukti dari banyaknya kebocoran data yang terjadi tanpa tindakan preventif yang memadai.
Anti-Cybercrime: Antara Wacana dan Kenyataan
Pembentukan pasukan anti-cybercrime sering menjadi bahan pembicaraan, tetapi belum ada langkah konkret yang dapat dirasakan publik. Beberapa kali pemerintah menyatakan komitmennya untuk memperkuat pertahanan siber, namun hingga kini Indonesia masih belum memiliki lembaga yang benar-benar fokus pada pencegahan dan penanganan serangan siber. Di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Israel, unit cybercrime sudah sangat berkembang dan berperan penting dalam melindungi data publik dan pemerintah.
Sementara itu, serangan siber terus meningkat, seiring dengan pesatnya digitalisasi. Indonesia harus mulai memprioritaskan pengembangan infrastruktur keamanan siber dan memperkuat kerja sama dengan komunitas global untuk menangani ancaman ini. Kolaborasi antara sektor pemerintah, swasta, dan komunitas teknologi dalam negeri perlu segera dioptimalkan.
Merekrut Bjorka? Sebuah Gagasan Nyeleneh tapi Mungkin Berhasil
Ide untuk merekrut Bjorka sebagai kepala departemen anti-cybercrime mungkin terdengar nyeleneh, tetapi ada preseden di negara lain. Banyak negara maju yang telah merekrut mantan peretas untuk bekerja bagi pemerintah, dengan tujuan mengubah mereka menjadi 'white hat hackers'---peretas yang bekerja untuk kebaikan. Jika Indonesia mampu bernegosiasi dan memberikan tawaran yang tepat, Bjorka bisa jadi menjadi aset berharga dalam memperkuat sistem keamanan siber nasional.
Namun, apakah ide ini realistis? Rekrutmen peretas semacam ini tentunya melibatkan risiko yang tinggi, terutama dari segi kepercayaan. Indonesia harus terlebih dahulu membangun sistem yang kuat agar mantan peretas seperti Bjorka bisa bekerja dengan aturan yang ketat, tanpa ada risiko penyalahgunaan kekuasaan.
Meningkatkan Kesiapan Keamanan Siber
Kisah Bjorka merupakan cerminan dari tantangan yang dihadapi Indonesia dalam era digital. Serangan siber yang semakin canggih membutuhkan respons yang cepat dan tepat dari pemerintah. Pasukan anti-cybercrime bukan lagi sekadar wacana, tetapi menjadi kebutuhan mendesak untuk melindungi data rakyat dan negara. Dengan mengambil langkah-langkah strategis yang tepat, Indonesia bisa menjadi lebih siap menghadapi ancaman siber di masa depan---termasuk dari peretas sekelas Bjorka.***MG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI