Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fufufafa adalah Gibran: Imaginasi Berlebihan?

13 September 2024   12:47 Diperbarui: 13 September 2024   13:01 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya, saya sama sekali tidak peduli dengan isu akun Kaskus bernama Fufufafa. Nama yang terdengar ringan dan aneh, hanya bagian dari celoteh di dunia maya yang sepertinya tidak penting. Namun, semakin hari semakin ramai dibicarakan. Dunia maya heboh, tak terkecuali media mainstream yang turut melaporkan isu ini. Bahkan, kabarnya beberapa aktivis berkumpul membahas akun misterius tersebut, seolah-olah ada sesuatu yang lebih besar di baliknya. Penasaran, saya pun akhirnya masuk dan mengecek akun Kaskus Fufufafa.

Saat menjelajahi akunnya, saya terkejut. Sudah ada hampir 3.000 artikel yang dipublikasikan di sana, sebagian besar membahas politik, dengan tema yang beragam. Namun, satu pola tampak jelas: akun ini secara konsisten menyinggung para lawan politik Presiden Jokowi, terutama pada masa kampanye Pilpres 2019. Nada tulisan-tulisannya tajam, satir, bahkan terkesan "nyinyir." Mungkin inilah alasan sebagian orang mengaitkan akun ini dengan Gibran Rakabuming, putra Jokowi, yang saat ini juga aktif dalam dunia politik.

Fufufafa Bukan Gibran: Sebuah Penilaian Pribadi

Setelah membaca beberapa artikelnya, saya merasa yakin bahwa akun ini bukan milik Gibran. Kita semua tahu bagaimana gaya komunikasi Gibran di media sosial---lucunya natural, sering kali slengekan, tetapi tidak menyebarkan kebencian atau informasi yang tidak jelas. Gibran selama ini tampil sebagai sosok yang tenang, dengan gaya komunikasi yang cenderung ringan dan tidak berlebihan. Tidak ada bukti bahwa dia pernah secara sistematis "nyinyir" kepada lawan politik ayahnya, apalagi menyebarkan hoaks.

Namun, kenyataannya banyak orang yang percaya bahwa Fufufafa adalah Gibran. Teori konspirasi pun bermunculan, berbagai "fakta" dan kebetulan dihubung-hubungkan. Ini adalah ciri khas dari teori "gatuk-gatukkan," di mana orang mencoba mengaitkan dua hal yang tidak berhubungan menjadi satu narasi besar. Apakah ini upaya untuk memecah belah hubungan antara Prabowo dan Gibran, dua tokoh politik yang tengah menjadi perhatian publik? Rasanya teori semacam ini sulit dipercaya, namun nyatanya cukup banyak orang yang terlibat dalam perbincangan ini, hingga memicu perdebatan serius di dunia maya.

Mainstream Media Ikut Andil?

Yang lebih mengherankan, media mainstream pun ikut meramaikan isu ini. Biasanya, isu-isu kecil seperti ini hanya beredar di grup diskusi atau forum online seperti Kaskus atau Reddit. Namun ketika media mainstream ikut mengangkatnya, masalah ini tampak menjadi lebih besar daripada yang seharusnya. Seolah-olah isu Fufufafa menjadi salah satu cerita politik utama. Padahal, jika dilihat lebih jauh, ini adalah contoh bagaimana dunia online bisa memanipulasi realitas politik kita.

Anonimitas di dunia maya sering kali memberikan kebebasan yang terlalu besar kepada pengguna. Siapa pun bisa membuat akun palsu dan menulis apapun yang mereka inginkan, tanpa harus menanggung konsekuensi atas perbuatannya. Akun-akun palsu ini seperti sampah yang mengotori dunia maya, menciptakan ilusi dan kebingungan bagi publik. Inilah dampak negatif dari anonimitas media online: kebebasan tanpa tanggung jawab.

Saat ini, pemilik akun Fufufafa asli mungkin sedang menikmati popularitasnya. Di balik layar, ia tahu betul bahwa dirinya telah menjadi pusat perhatian dan membuat orang-orang berpikir bahwa ia mungkin Gibran. Bahkan, ada indikasi bahwa pemilik akun tersebut sengaja menghapus beberapa artikelnya, seolah-olah mencoba menghilangkan jejak. Ini tentu semakin memperkuat kecurigaan para penyinyir bahwa akun tersebut benar-benar milik Gibran. Padahal, besar kemungkinan ini hanya permainan iseng semata, di mana sang pemilik akun menikmati bagaimana imajinasinya menciptakan kebingungan di antara publik.

Etika dalam Menggunakan Media Online

Kasus Fufufafa ini sebenarnya adalah masalah receh yang tumbuh besar karena suasana politik yang sensitif. Para penyinyir di media sosial, pencinta teori konspirasi, dan media mainstream telah berhasil menciptakan drama besar dari sesuatu yang seharusnya tidak penting. Namun, di balik semua ini, ada pelajaran penting tentang bagaimana kita seharusnya menggunakan media online dengan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun