Hasto Kristiyanto, sang sekretaris jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), selalu tampil dengan wajah penuh keyakinan. Bagaimana tidak? Ia memimpin partai yang tak henti-hentinya mendeklarasikan diri sebagai partai paling demokratis dan pembela wong cilik. Tentu saja, demokrasi dalam versi PDIP punya ciri khas tersendiri---segala keputusan ditentukan oleh Ketua Umum Megawati, dan setiap anggota partai, termasuk sang presiden, hanyalah petugas partai. Siapa yang berani membantah?
Namun, sejak kekalahan memalukan di Pilpres---calon mereka hanya mampu meraup 16% suara---fenomena baru muncul dalam diri Hasto. Angka 16% ini, katanya, adalah hasil dari cawe-cawe Jokowi. Siapa lagi kalau bukan Jokowi, yang walaupun menjadi presiden di sistem presidensial, tetaplah dianggap sebagai petugas partai yang setia. Tak penting dia Presiden RI; yang lebih penting, dia masih anggota PDIP, dan sudah jelas: ketika ada yang salah, Jokowi lah penyebabnya.
Sejak kekalahan tersebut, Hasto tak lagi hanya dikenal sebagai sekjen. Ia kini memiliki hobi baru yang menarik perhatian: mencari kambing hitam. Dan apa yang lebih mudah daripada menyalahkan Jokowi? Setiap masalah partai, baik di Jakarta, Jawa Barat, maupun Jawa Timur, tak pernah luput dari tudingan jari Hasto ke arah Istana.
 Jokowi, menurutnya, telah campur tangan di segala lini, dari urusan Pilpres hingga Pilkada. Di Jakarta sulit berkoalisi? Salah Jokowi. Di Jawa Barat, tak ada calon mumpuni? Pasti gara-gara Jokowi. Di Jawa Tengah, survei kurang memuaskan? Jokowi lagi-lagi biang keladinya. Di Jawa Timur, survei kecil? Sudah jelas, ini ulah Jokowi.
Satu hal yang pasti: Hasto telah menemukan solusi permanen untuk segala masalah partai. Setiap kekalahan bisa dilimpahkan kepada Presiden yang sudah didesain sebagai kambing hitam. Dengan strategi ini, posisi Hasto aman, nyaman, dan tetap berwibawa. Kalau nanti PDIP kalah lagi di Pilkada, ya, Hasto sudah siap dengan jawabannya: "Ini semua gara-gara Jokowi."
Demikianlah fenomena seorang Hasto Kristiyanto. Tetap tenang di tengah badai, karena kambing hitam sudah di tangan.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H