Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paus Cium Tangan Imam Besar Masjid Istiqlal, Apa Maknanya?

7 September 2024   20:01 Diperbarui: 7 September 2024   20:05 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Tribunnews.com

Baru-baru ini, Paus Fransiskus yang mengunjungi Indonesia melakukan kunjungan ke Masjid Istiqlal, simbol kebesaran Islam di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Paus bertemu dengan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. Nasaruddin Umar.

 Momen yang kemudian menjadi viral adalah ketika Paus Fransiskus, yang duduk di kursi roda, bersalaman dengan Nasaruddin Umar, dan sang Imam mencium ubun-ubun Paus. Paus kemudian membalas dengan mencium tangan Imam Besar.

Foto dan video pertemuan ini dengan cepat tersebar luas di media sosial, menarik perhatian banyak pihak karena menunjukkan hubungan yang penuh penghargaan antara dua pemimpin agama besar dunia.

Momen ini bukan hanya sekadar gestur fisik, tetapi memiliki makna mendalam yang mencerminkan saling menghormati, kerendahan hati, dan toleransi antara kedua tokoh tersebut, terlepas dari perbedaan keyakinan mereka. Dalam dunia yang sering kali diwarnai oleh ketegangan antaragama, peristiwa ini menjadi simbol persahabatan dan dialog yang sangat penting bagi perdamaian dan harmoni.

Namun, seperti halnya setiap peristiwa besar, ada juga pihak-pihak yang salah mengerti atau bahkan tidak menyukai adegan keakraban tersebut. Di tengah arus apresiasi, beredar juga narasi provokatif yang mencoba mempolitisasi peristiwa tersebut dengan mengaitkannya pada teori konspirasi lama. 

Salah satu narasi yang menyebar di dunia maya adalah video lawas dari tahun 2019 yang menunjukkan Paus Fransiskus mencium tangan tokoh-tokoh seperti Henry Kissinger dan David Rockefeller. Video ini dibumbui dengan narasi bahwa Paus "tunduk pada sembilan naga Eropa" dan "menundukkan diri pada Yahudi," sebuah klaim yang tentu saja tidak berdasar dan bertujuan memprovokasi serta menyebarkan hoaks.

Mengapa Paus mencium tangan seseorang, baik itu seorang Imam Masjid maupun tokoh Yahudi? Sebagai "Servus Servorum Dei," yang berarti "hamba dari para hamba Tuhan," Paus melambangkan kerendahan hati dan belas kasih dalam tindakannya. Gestur ini mencerminkan sikap untuk melayani dan menghormati semua orang, termasuk mereka yang berbeda keyakinan. 

Saat Paus mencium tangan tokoh-tokoh Yahudi, hal itu sering kali dipahami sebagai tanda penyesalan mendalam atas peran gereja yang dianggap tidak melakukan cukup banyak saat terjadinya Holocaust. Ini adalah ungkapan maaf dan penyesalan, bukan tanda ketundukan.

Tradisi mencium tangan dan mencium kaki dalam Gereja Katolik juga bukanlah hal baru. Setiap tahun, pada hari Kamis Putih menjelang Paskah, para imam termasuk Paus Fransiskus menjalankan tradisi mencuci dan mencium kaki umat. Paus sendiri sering kali mencium kaki narapidana sebagai tanda kerendahan hati dan pelayanan. Ini adalah refleksi dari tindakan Yesus sebelum disalib, ketika ia mencuci dan mencium kaki para muridnya sebagai simbol pelayanan tanpa syarat.

Kembali ke pertemuan di Masjid Istiqlal, momen ketika Paus mencium tangan Imam Besar tidak hanya melambangkan sikap rendah hati seorang pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik, tetapi juga pesan bahwa Paus adalah pelayan bagi semua orang, termasuk mereka yang memeluk agama lain. Ini adalah simbol kuat bahwa meski berbeda keyakinan, manusia tetap bisa saling menghormati, melayani, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Gestur ini patut diapresiasi dan dihargai karena keduanya, Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, telah memberikan teladan bagi dunia tentang pentingnya saling menghormati, melayani, dan menghargai satu sama lain, terlepas dari perbedaan keyakinan. Dalam dunia yang terus menghadapi tantangan intoleransi dan ketegangan antaragama, tindakan seperti ini membawa harapan baru akan persatuan dan perdamaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun