Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jokowi, Hatimu Terbuat Dari Apa?

5 September 2024   09:23 Diperbarui: 5 September 2024   09:23 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: detik.com

Ah, Jokowi. Presiden kita yang satu ini memang unik. Setiap hari, ribuan komentar pedas, kritik tajam, hingga caci maki kasar berseliweran di media sosial dan podcast, seolah-olah ada lomba nasional siapa yang paling kreatif mengkritikmu. Tapi entah dari mana, senyummu tetap lebar, kerja kerasmu tak terhenti. Berkeliling ke pelosok negeri, mengawasi pembangunan, dan menyapa rakyat dengan tenang. Pertanyaannya: hatimu terbuat dari apa?

Para pembencimu seakan tidak pernah kehabisan alasan. Kau dianggap terlalu berkuasa, mengancam semua lawan politik, hingga menggerakkan catur kekuasaan. Padahal, lucunya, mereka sendiri yang secara sukarela berlindung di belakang punggungmu, menikmati senyum masyarakat yang gembira karena jalan mulus baru di desa mereka, atau jembatan yang akhirnya menghubungkan mereka ke dunia luar. Ironi memang, tapi sepertinya ini sudah jadi ciri khas politik kita.

Oh, dan tidak ketinggalan teori-teori konspirasi yang bertebaran. Mulai dari ijazah palsu, nama palsu, hingga ibu dan asal-usul yang dipertanyakan. Semua yang ada padamu dianggap palsu. Tapi kau tetap diam, tidak membalas. Bukankah sebagai manusia biasa, kau berhak untuk marah, membela diri, dan menampar balik? Tapi, tidak, kau memilih senyum. Lagi-lagi, hatimu terbuat dari apa?

Lalu ada lagi yang menyerang keluargamu. Anak, cucu, istri, semua tak luput dari kebencian. Mereka menuduhmu membangun dinasti politik, seolah-olah rakyat Indonesia ini tidak bisa berpikir sendiri. Padahal, mereka yang memilih keluargamu tetap rakyat, bukan karena dirimu yang angkat. Jadi, kenapa harus marah? Mungkin kau tahu lebih baik diam, toh rakyat sudah punya penilaian sendiri.

Namun, di balik semua kekaguman ini, saya, seorang yang pasti dituduh pemujamu, juga memiliki pertanyaan. Saya mengkritik beberapa kebijakanmu. Seperti perubahan UU KPK dan keluarnya UU Cipta Kerja yang kontroversial. Waktu itu, sungguh saya tidak mengerti mengapa itu harus terjadi. Saya marah, bingung, dan kecewa.

Tetapi kemudian, Mahfud MD, yang saat itu berada di barisanmu, berkata, "Jika saya tidak mengetahui proses dan diskusi yang terjadi, saya pasti juga berada di barisan yang melakukan demonstrasi atas kebijakan itu." Kata-katanya memberi saya perspektif baru. Betapa sulitnya menjadi dirimu, mengambil keputusan dengan banyak pertimbangan, mencoba memihak rakyat sementara kekuatan politik dan oposisi selalu berusaha membatalkan setiap programmu.

Pasti tidak ada pilihan yang mudah. Tapi kau, Jokowi, rela dicaci demi menjaga agar kerja keras dan karsamu tetap berjalan. Hatimu, terbuat dari apa?

Bahkan, ketika tuduhan datang bahwa kau menguasai semua lembaga negara, yudikatif dan legislatif, kau tetap tenang. Padahal, kita tahu banyak keputusan lembaga - lembaga ini yang justru menghambat kinerjamu. Sikapmu yang memilih untuk tidak intervensi secara hukum dan politik, dianggap semu oleh mereka. Tapi, kau tetap berjalan dengan senyum.

Hatimu terbuat dari apa, Jokowi? Rasanya, mungkin bukan dari materi yang bisa ditemukan di bumi. Tapi apapun itu, terima kasih sudah memilih tetap bekerja untuk rakyat, meskipun badai kritik tak pernah reda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun